•••
CHAPTER 8
~~~~~~~~~~~Aeron membuka kedua matanya, dia menatap pecahan kaca dan segala macamnya yang berserakan di atas lantai kamarnya. Wajah Aeron pucat seperti biasa, dia melirik jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 5 pagi. Dia harus sekolah, tapi keadaan hatinya tengah memburuk.
Namun, di balik keraguan itu hati kecil Aeron mengatakan kalau lebih baik Aeron sekolah dari pada berada di rumah itu yang akan sering bertemu dengan Revan. Ayahnya- Oh, tidak. Calon pasangan hidupnya itu pasti masih berada di rumah sampai Aeron mau menerima semua kenyataan yang diutarakan tadi malam.
[suara siulan]
"Mau musim dingin yak? Kok banyak yang rontok nih daun-daunan?" Tanya petugas satpam yang berjaga di pos samping pagar rumah Aeron.
Aeron keluar dari rumah di pagi buta itu, dia menyalakan mesin motornya dan melirik pagar rumah yang terbuka lebar. Dengan cepat Aeron memakai helm untuk melindungi kepalanya lalu menginjak gigi motor dan menancapkan gas. Suara deru motor yang sudah lama tak didengar oleh petugas satpam itu membuatnya menoleh dan melihat Aeron melintasinya begitu saja hingga keluar dari pagar.
"NAK AERON!!" Panggil petugas satpam terkejut.
Hembusan angin pagi yang dingin hanya membuat kulit Aeron semakin pucat dan kering. Suara deru motor Aeron membuat keadaannya membaik, pasalnya benda kesayangannya itu adalah hadiah terbaik yang pernah dia dapatkan dari Revan. Dulu, saat dia berhasil memenangkan kompetisi matematika tingkat nasional, Aeron meminta hadiah motor. Revan yang sudah jarang bertemu dengan Aeron akhirnya mengirimkannya motor yang memiliki merek nama terkenal, yaitu Harley Davidson. Tidak besar, tapi cukup menarik perhatian dengan gaya yang sederhana.
Sesampainya di parkiran yang berada di samping gedung barat sekolahnya, Aeron memarkirkan motornya dan pergi menuju taman samping. Disepanjang jalan, Aeron belum menemukan batang hidung siapapun yang artinya dia datang sangat pagi.
"Baguslah," Desah Aeron lalu naik ke atas pendopo dan menyandarkan punggungnya di dinding pendopo berbahan kayu itu.
Suara-suara hembusan angin, kicauan burung, dan air yang mengalir menjadi melodi menenangkan. Perlahan Aeron tertidur sebentar dan teringat perkataan Revan yang membuatnya kembali sedih sebelum dia merasakan kehadiran seseorang. Aeron membuka kedua matanya dan melihat kakak kelas yang selalu mengganggunya sejak kemarin. Siapa lagi kalau bukan Xavear? Namun, ada yang aneh dari wajah kakak kelas itu.
"Fuck. Diteken makin sakit ternyata," Desis Xavear memegangi pipinya yang lembab.
Terlihat seperti habis berkelahi. Tak salah menilai jika melihat wajah Xavear yang penuh luka seperti itu. Belum lagi tampang Xavear yang seperti preman. Tanpa sengaja Xavear melirik Aeron yang sudah terbangun dan menatapnya dengan kedua mata yang berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔
VampireORIGIN VAMPIRE AWAKEN S1 SINOPSIS: Setelah era kejayaan bangsa vampire Dezastra, Aeron menemukan kebenaran pahit tentang masa lalu dan status keluarganya. Pria yang sudah lama Aeron anggap seperti ayah kandung sendiri justru harus menikah dengannya...