S1: 61

395 20 6
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

CHAPTER 61
~~~~~~~~~~~

Sinar mentari mempertebal rasa panas di tubuh Aeron. Dia menggeliat keenakan meski akalnya masih menolak. Sudah berkali-kali tangan cemas itu memukul mundur dada Revan, tapi prianya tak menghiraukan dan terus mencumbu setiap inci tubuhnya. Baju kemeja yang basah mengekspos lekukan tubuh Aeron, begitu juga dengan celananya. Revan semakin gemas menggigit puting dada Aeron yang menyemplak di seragamnya dengan jemari nakal yang mengangkat ujung kain sampai naik ke atas dada.

"Cukupp.. Aku mohon.. Enhhh..Anhhh."

"Haa.. Aku sangat menyukai dadamu," Ucap Revan seduktif membuat Aeron menutupi wajahnya.

"Huu.. Emhhh. Tolong.. Sudahi ini."

Revan mengangkat kedua tangan Aeron yang menutupi wajah merahnya dengan air mata. Dia menatap intens sebelum melepaskan perban di tangan kiri Aeron yang lukanya belum tertutup rapat. Lidah mesum yang sedari tadi menjilati puting Aeron bergerak untuk merasakan darah sang Origin lagi. Manis meski pahit karena obat luka, tapi Revan terus menerus menjilati telapak tangan Aeron.

"Lepas! Itu perih!" Ucap Aeron kesal.

"Kenapa lukanya tidak menutup?" Tanya Revan.

"Aku tidak tau! Lepas-Emhh!"

Mulut rewel yang menggemaskan membuat Revan memaksa jarinya untuk memenuhi mulut Aeron. Menggeledahnya dan menekan lidah lembutnya. Dia hanya tersenyum membayangkan bila penisnya yang menguasai mulut Aeron. Bayangan yang membangkitkan libido dirinya.

"Kulum jariku," Ucap Revan bagai perintah.

Penolakan keras bagi Aeron yang sedari tadi ingin menghentikan kegilaan Revan. Dia bergeleng hebat sampai Revan hendak menurunkan celananya dengan senyuman jahil. Namun, sebelum mengeluarkan miliknya yang besar, Aeron lebih dulu menuruti perkataan Revan dengan menjilati dua jarinya dan mengulumnya seperti lolipop.

"Bagus. Turuti perintahku atau kamu akan mendapatkan yang lebih besar," Ucap Revan sambil meremas milik Aeron.

"Ughh.. Slurrpp.. Haa.. Nghh."

"Pintar, anak pintar. Jariku sudah basah dan sekarang nikmati ini," Ucap Revan melepaskan jarinya dari kuluman Aeron lalu menyentuh milik anak lelaki itu sampai tersentak kaget dan berkata, "Katakan kalau kamu mau lebih."

"Uhh.. Ahh! Jangan! Enhh... Pelan-pelan!" Ucap Aeron mencengkram tangan Revan yang terus mengocok miliknya.

"Jangan pelan-pelan?" Tanya Revan mengerutkan keningnya.

Tempo itu semakin cepat dan terus memicu otot-otot yang menegang. Aeron paling takut dengan permainan tangan Revan karena pria itu sangat ahli dan berhasil menaklukkan logikanya. Mulai dari remasan, kocokan, sampai menekan bagian-bagian lainnya dengan tepat sasaran sampai desahan lolos dari mulut Aeron.

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang