S1: 59

345 23 6
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

CHAPTER 59
~~~~~~~~~~~~

Malam terasa dingin dengan hujan yang mengguyur kota. Embun menempel di kaca mobil seolah menutupi penglihatan Aeron untuk menikmati pemandangan hujan di malam hari. Dia terdiam dan terus memikirkan banyak hal, mulai dari kristal purnama, tanggung jawabnya dari wasiat Origin, dan Revan. Pria itu sama diamnya dengan kondisi lebih rapuh. Aeron tau kalau kondisi Revan tidak sedang baik dan kini suasana hatinya jauh lebih buruk, bahkan saat mereka sudah sampai dipekarangan rumah pria itu masih diam seribu bahasa.

"Tuan, kita sudah tiba," Ucap Halland membuyarkan lamunan Revan.

Aeron memberanikan diri untuk menatap Revan yang terlihat sulit untuk bergerak lalu bertanya, "Tuan baik-baik saja?"

"Kamu sudah makan malam?" Tanya Revan tanpa menatap Aeron.

"Belum," Jawab Aeron.

"Ganti bajumu dan pergilah makan. Besok jangan pergi sekolah," Ucap Revan bagai perintah.

Pria itu membuka pintu lebih dulu dibantu oleh Joe yang terlihat khawatir. Kalimat terakhir yang membuat Aeron ketakutan dan mendorong dirinya untuk segera turun dan mengejar Revan. Seenaknya saja menghentikan kebebasan Aeron untuk pergi ke sekolah. Itu adalah hal yang paling ditakuti oleh Aeron, yaitu belenggu kebebasan karena telah mengecewakan kepercayaan Revan. Kini identitas dan keberadaan Aeron sudah diketahui oleh banyak pihak, jadi sudah seharusnya Aeron berlindung dari dunia luar.

"Tuan.. Tuan, tolong.." Panggil Aeron saat Revan sudah menaiki tangga menuju kamarnya.

Air mata Aeron mulai turun. Penampilan bibi Flo dan Joe hanya dianggap patung olehnya karena berusaha mengejar Revan. Kekhawatiran tercermin dari balik wajah Bibi Flo juga Joe, mereka hanya berharap agar Revan dan Aeron memilih jalan tengah yang terbaik untuk keduanya. Namun, itu adalah harapan yang sia-sia karena mereka berdua tidak bisa menemukan jalan terbaik. Ada yang dikorbankan dengan keegoisan tertinggi.

"Tuan, tuan.. Aku mohon... Dengarkan penjelasanku dulu.." Pinta Aeron.

Revan tetap tak ingin menjawab dan memilih mengganti pakaiannya yang terasa berat. Semakin lama suara pilu dari Aeron justru mencekik lehernya dan mengiris hatinya. Revan menoleh dengan tatapan dingin yang menyakiti Aeron. Anak lelaki itu sudah menjatuhkan lututnya dengan tangan yang gemetaran.

"Bukan keinginanku untuk bertemu dengan Vicloan.. Aku tidak tau.. Aku hanya ingin ke festival..." Ucap Aeron dengan isak tangisnya.

"Bukan salahmu," Ucap Revan.

"Maaf.. Tolong... Jangan menahan Aeron di sini, izinkan aku untuk tetap sekolah.." Pinta Aeron memegangi kaki Revan.

"Maaf Aeron, ini salahku. Karena aku menuruti keinginanmu agar bisa dekat denganmu, tapi justru sekarang membahayakan hubungan kita berdua," Ucap Revan mengelus wajah Aeron lembut dengan senyum pasi.

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang