S1: 25

601 39 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

CHAPTER 25
~~~~~~~~~~~~

Aeron menuruni tangga menuju lantai dasar dan pergi ke ruang makan yang sudah ada semangkuk ramen dengan potongan kue bolu. Revan menyiapkan semuanya dan kini pria berbadan tinggi dengan bahu lebar yang terekspos jelas hanya dengan kemeja putih itu sedang membuat coklat panas untuk Aeron. Memangnya hanya Aeron saja yang ingat dengan makanan kesukaan Revan? Pria itu juga tau apa yang disukai oleh Aeron.

"Oh, kamu sudah di sini. Duduklah," Ucap Revan sambil berjalan dan meletakkan segelas coklat panas untuk Aeron.

Saat itu juga Aeron duduk dan menatap segelas coklat panas itu sambil tersenyum, "Apa dicampur dengan marshmello?"

"Tentu, cobalah. Kamu pasti suka," Ucap Revan menatap Aeron.

Dengan cepat Aeron mencicipinya dan kembali tersenyum. Dia suka karena selalu dibuatkan minuman itu sejak kecil. Merasa mulutnya kosong, tangan Aeron meraih potongan bolu dan memakannya. Lembut, manis, dan harum. Aeron jadi teringat wajah Xavear.

"Dua hari lagi ayah saya ulang tahun dan akan diadakan pesta yang mengundang para tamu dari luar," Ucap Revan.

Aeron menoleh dan teringat akan pesta peresmian gedung baru Revan. Di sana dia cukup tersiksa karena menahan luka batin atas deklarasi Revan mengenai pasangan hidupnya, yaitu Aeron. Rasanya dia tak ingin datang ke tempat seperti itu lagi, tapi mau bagaimanapun alasannya pasti tak akan diizinkan oleh Revan. Lagipula itu ulang tahun tuan Vogar, bukankah Aeron harus datang?

"Saya belum menyiapkan hadiah," Ucap Aeron.

"Hahaha.. Tak perlu. Kehadiran kita sudah bisa membuat ayah saya senang," Ucap Revan lalu mengaduk mie ramen nya.

Tak ada balasan dari Aeron. Anak laki-laki itu kembali menundukkan kepalanya dan menatap gelas berisikan coklat panas itu. Hanya suara mulut Revan yang tengah menyantap mie ramen itu. Sesekali Aeron melirik dan melihat wajah Revan yang terlihat kagum sekaligus senang. Sudah lama Aeron tak melihat ekspresi itu.

"Wah, saya tak menyangka mie ini betulan enak. Pantas saja dulu selalu ramai," Ucap Revan kembali menyantapnya.

Aeron memindahkan sepiring potongan bolu ke arah Revan saat dia telah menghabiskan mie ramen itu, "Ini juga enak."

"Saya bisa menebaknya hanya lewat aromanya," Ucap Revan tersenyum pada Aeron lalu melahap bolu itu. Kedua mata yang sudah terbuka lebar lalu menyipit menandakan kalau itu enak, "Dimana kamu membelinya?"

"Tak jauh dari kedai ramen itu," Jawab Aeron cepat. Dia menghabiskan coklat panasnya.

Seingat Revan di sana tak ada toko penjual kue bolu maupun roti sekalipun. Apa keadaan bangunan di perbatasan sudah berubah? Hanya saja yang Revan tau di sana banyak penghuni werewolf. Bagaimana bisa Aeron percaya diri untuk berpergian jauh sendirian? Terlebih lagi dia tak membawa motor karena Revan melarangnya.

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang