S1: 34

453 31 5
                                    

Don't forget to click vote and comment!

...

Jeleon tak henti-hentinya menggoyangkan kursi dengan getaran di kakinya. Dia gelisah karena Lucian belum juga kembali ke rumah, bahkan menampakkan diri di wilayah werewolf saja tidak. Sudah banyak warga werewolf di sekitar hutan yang menunggu kepulangan Lucian, sampai Jeleon sekalipun rela menunggu semalaman di sana. Kedua matanya kini menatap pintu rumah yang terbuka lebar. Itu Ken yang datang bersama para petugas keamanan di wilayah werewolf. Bostan. Jeleon pikir mereka menemukan sesuatu sampai dia rela berdiri dengan Malia yang selalu tepat di sampingnya. Wajah mereka sangat khawatir.

"Terakhir kali Lucian bersama satu tim pengintai memasuki wilayah ranjau yang menjadi rute pelarian vampire Vicloan," Ucap Bostan. Penjaga wilayah werewolf.

"Lalu? Hanya itu?!" Tanya Jeleon sedikit menaikkan nada bicaranya.

Bostan melirik Ken yang menganggukkan kepalanya lalu kembali menatap Jeleon, "Kami menemukan banyak mayat vampire Vicloan di hutan, jadi kami menduga kalau Lucian berhasil melarikan diri."

"Dia melarikan diri tapi belum juga pulang?!! Sekarang sudah pukul 2 pagi!!" Bentak Jeleon dengan kedua matanya yang sudah berwarna keemasan.

"Tenanglah, kita tunggu saja dulu sampai matahari terbit. Lucian sangat pintar, dia pasti sedang berlindung di suatu tempat," Ucap Malia berusaha menenangkan Jeleon.

Ken ketakutan hingga tak lama aroma feromon kuat terbawa hembusan angin memasuki rumah mereka. Feromon yang sudah lama tak tercium oleh Ken dan keluarganya. Dengan cepat tubuh Ken berputar dan mendapati sosok Lucian yang tengah menggendong seseorang dalam keadaan pingsan dengan jas yang dipenuhi oleh darah.

"BANG LUCIAN!!" Teriak Ken.

Jeleon dan Malia sontak menoleh begitu juga dengan Bostan. Mereka menatap kaget penampakan Lucian yang menampilkan sosok werewolf alpha dengan feromon kuat. Nafas dan kedua matanya terasa panas sampai Jeleon datang untuk membantu Lucian menggendong sosok lelaki yang dia bawa. Dia Aeron.

"Hei!! Kamu gapapa kan?! Siapa dia?" Tanya Jeleon bergantian menatap Lucian dan Aeron yang pucat, "Vampire?!"

"Ughh.. Tolong bawa saja dia ke kamar! Kamar paling jauh agar saya tak mencium baunya! Saya gak kuat!" Bentak Lucian membanting dirinya sendiri ke dinding dengan taring yang mencuat keluar.

Malia yang kebingungan langsung menahan Lucian untuk tidak lepas kendali, "Lucian, kamu rut?!"

"Apa?! Rut??" Tanya Ken kebingungan, dia tak habis pikir sampai meremas kepalanya sendiri. Dia pun melirik Jeleon yang masih memegangi tubuh Aeron, "Siapa dia? Bau apa sebenarnya ini?!"

"Sialan! Jangan ganggu aku dulu!!" Ucap Lucian yang langsung memasuki kamarnya lalu menguncinya.

Malia tak bisa menghalanginya. Sudah terlambat sampai-sampai jarinya hampir terjepit pintu kamar itu. Dia hanya berteriak dari luar agar Lucian tidak menyakiti dirinya sendiri selama masa rut itu datang, sedangkan Ken hanya kebingungan dan memilih mendekati sosok lelaki yang dibawa oleh Lucian. Saat Jeleon membersihkan noda darah di wajahnya bersama Bostan, Ken mengenali wajah itu. Wajah adik kelas barunya yang belakangan ini menarik perhatian teman-teman angkatannya.

"Tunggu! Dia.. Dia Eron! Eh, Aran? Atau Ron? Itu pokoknya! Dia adik kelas Ken pah!" Seru Ken sambil menunjuk wajah Aeron yang pucat pasi.

Kedua mata Jeleon membulat sempurna sampai kebingungan, "Adik kelasmu? Dia vampire?!"

"Ken juga baru tau! Itu benar dia!" Seru Ken dengan bola mata yang bulat sempurna.

Jeleon masih tak mengerti dengan situasi ini karena Lucian belum bisa menjelaskan. Dengan cepat Jeleon memerintahkan Bostan untuk tetap menjaga wilayah werewolf dan tidak membocorkan kejadian malam itu. Dia juga menyuruh Malia untuk merawat Aeron dengan membasuh wajah, leher, dan tangan dari noda darah. Sepanjang itu Malia cukup heran dengan kondisi fisik Aeron yang tak memiliki goresan luka sedikitpun, hanya pucat dan berkeringat dingin.

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang