S1: 80

304 20 4
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

CHAPTER 80
~~~~~~~~~~~

Rintik hujan mulai membasahi aspal hitam dengan uapan aroma petrichor yang menyengat. Pori-pori aspal cukup tebal, sehingga membuat genangan air di sepanjang jalan dan mengundang kemacetan. Mobil sedan hitam itu sudah melaju kencang dan menembus keramaian lalu lintas di bawah hujan. Dingin menusuk hati yang sedih. Selama satu jam Aeron menelan ludah yang terasa perih karena kerongkongan lecet. Dia terus menoleh ke arah Revan yang menahan ledakan emosi dengan menatap pemandangan di luar jendela. Joe yang duduk di depan tetap diam sambil sesekali melirik lewat kaca spion atas.

Sudah lama Aeron tak mengeluarkan suara, mungkin akan terdengar parau atau pedih karena luka kerongkongan. Dia pun menaruh tangan di atas paha meski tak bisa diam karena otot saraf yang tegang, lalu menoleh lagi ke Revan dengan tatapan penuh permohonan. Aeron tak menyerah.

"Tuan.. Maaf."

"Maafkan Aeron."

"Tolong dengarkan Aeron dulu."

Nafas Revan bahkan tak terdengar sama sekali. Pria itu sangat tenang di dalam kegelapan emosinya. Seolah hanyut dan tenggelam dalam rasa cemburu yang bisa mengoyak jati dirinya. Revan tetap diam sampai Aeron kembali memanggilnya dengan remasan tangan yang terasa dingin juga ketakutan pada punggung tangannya.

"Revan? Tolong."

Pria itu menoleh tanpa ekspresi jelas. Hanya kedua alis yang mengernyit dan tatapan tajam. Revan menepis tangan Aeron sampai anak lelaki itu kembali menjaga jarak.

"Aroma serigala itu sangat menjijikkan, jangan membuat saya muntah di sini."

Akhirnya Revan meresponnya meski sangat menusuk hati Aeron. Dia kembali menghadap ke depan atau ke samping asal tak bertatapan dengan Aeron. Anak lelaki itu langsung terdiam menahan air mata yang sulit untuk keluar. Sunyi senyap mengantarkan mereka ke rumah kediaman Revan yang di depannya sudah ada Bibi Fio dan Ela. Mereka berdua sangat khawatir dengan pakaian tipis di depan derasnya hujan. Sebelum Joe keluar untuk membukakan pintu, Revan sudah lebih dulu membuka pintu miliknya dan menatap asisten seolah hendak memberikan perintah.

"Suruh Arge berikan laporan untuk dewan atas penyerangan hari ini dan pastikan tempat tinggal Jeleon hancur tanpa sisa. Awasi pergerakan mereka, lalu siapkan keberangkatan besok pagi!" Titah Revan.

"Baik tuan," Jawab Joe cepat.

Aeron yang masih mencerna perintah itu langsung menarik lengan jas Revan dengan tatapan khawatir dan bertanya, "Kita.. pergi besok?"

"Turun!" Titah Revan tanpa menoleh sedikitpun.

Suara bantingan pintu menekan denyut jantung Aeron. Dia kembali gelisah karena mengkhawatirkan tindakan Revan yang tak bisa ditebak lagi. Bagaimana jika Revan benar-benar membantai semua anggota werewolf dan menyakiti Xavear diam-diam? Pikiran itu tentu selalu muncul sampai membuat Aeron tak mempercayainya.

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang