S1: 46

383 26 11
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

CHAPTER 46
~~~~~~~~~~~~

Bau menyengat dari dahan terbakar memenuhi atmosfer gelap di dalam hutan. Kobaran api dan mayat yang berserakan di mana-mana terlihat sangat nyata. Ranting yang jatuh ke atas salju tetap tak membuat api padam. Sulutan api kian memanjang lalu membakar beberapa rentetan pepohonan. Seorang anak laki-laki yang berdiri sendiri di tengah peperangan tengah menatap darah dari anggota tubuh yang berceceran. Ketakutan akan kematian muncul diantara bau busuk mayat di depannya. Telinganya berdengung, tak fokus dan pasrah diantara kematian. Samar-samar dia mendengar teriakan lantang yang terus memanggil namanya diantara pepohonan.

"AERON!! AERON!"

Lelaki itu menoleh dengan air mata yang berdarah. Bibir sedingin salju hutan itu tak bisa terbuka. Kedua kaki yang tenggelam di jalanan salju hanya membuatnya sulit bergerak. Mematung dan menatap pria yang tergeletak tak berdaya dengan luka bakar di punggung. Wajahnya sudah dipenuhi darah dan beberapa panah tertancap di kaki sampai pinggang.

"Aeron.. Lari. Lari!"

Aeron bergeleng ketakutan dan hendak mendekati pria itu. Namun, jauh dari belakang terlihat seseorang yang mengibaskan pedang ke arah kepala pria malang tadi. Aeron melihat malaikat maut yang hendak membunuh pria itu.

"TIDAK!! JANGAN!" Teriak Aeron.

Air mata yang membelah lautan darah di wajah pria itu menetes pada sudut bibir membentuk senyuman. Senyuman yang sudah lama tidak dilihat oleh Aeron. Senyuman penuh kerinduan dan rasa bersalah. Mereka berdua saling bertatapan sebelum ajal kematian. Kematian yang ditakuti oleh Aeron kepada orang terkasih terjadi lagi seperti saat kematian ibunya dulu.

"Maafkan ayah, Aeron. Lari lah dan kembali padanya," Ucap Revan.

Pedang tajam dengan relik aneh berwarna silver berhasil menyayat leher Revan sangat dalam. Api kembali muncul dan membakar tubuh pria itu sampai kering, hitam, lalu hancur. Aeron bergeming dengan rekaman kematian Revan yang terus berulang-ulang. Waktu seolah berjalan maju dan mundur. Anak laki-laki itu melangkah mundur saat sadar lalu berlari. Terus berlari sambil menutupi kedua telinganya. Suara kematian tadi masih mengejar dan ingin menarik Aeron ke dalam lubang neraka. Kaki yang sudah tak berdaya menabrak batu berselimut salju tebal. Aeron pun terjatuh dan membuka kedua matanya yang basah.

Tangannya memegangi bantalan lembut dan sprei kasur yang terasa sangat dingin. Sedingin salju di hutan itu. Kedua matanya mencari celah-celah cahaya dan bertemu dengan lampu dari lilin aroma terapi. Keringat dingin menetes di kening sampai lehernya dan Aeron melirik sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya sambil menggenggam tangan Aeron.

"Ayah.. Ayah! Ayah!" Teriak Aeron ketakutan. Dia terbangun dan menatap Revan yang sedang kebingungan dari keterkejutannya, "Jangan mati! Jangan tinggalkan Aeron seperti mama dulu!"

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang