S1: 69

244 16 2
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

CHAPTER 69
~~~~~~~~~~~~

Rasanya kebas dan Aeron tidak bisa bergerak begitu saja. Kedua kakinya tertekuk dengan wajah yang tertimbun di atas bantal. Kedua tangannya meremas sprei katun tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. Dia jijik melihat dirinya sendiri di bawah kendali Revan. Pria itu masih saja memuaskan hasratnya dengan menghimpit penisnya di kedua paha Aeron. Posisinya sudah berubah berkali-kali sampai kedua mata Aeron lelah dan memberat.

"Ahh.. Haa..! Emm.. Kamu tidur?" Tanya Revan.

Dia terus menjilati punggung Aeron dan sesekali menghisapnya kuat. Merasa tak ada jawaban dari Aeron, wajah Revan mendekat lalu menjilati daun telinga anak itu sampai memberikan reaksi yang diinginkan. Aeron kembali terangsang dengan setengah kesadarannya, padahal dia sudah sangat mengantuk dan ingin segera mandi besok lagi sambil memikirkan bagaimana cara menghilangkan bekas kemerahan ulah Revan.

"Tolong.. Lepaskan aku."

"Hmm? Kamu sudah mengantuk?" Tanya Revan.

"Besok aku ke festival.. Biarkan aku tidur," Pinta Aeron sambil meremas bantal miliknya.

Revan memicingkan matanya lalu tersenyum simpul dan berkata, "Kamu khawatir suaramu hilang karena mendesah semalaman?"

"Hentikan.. Ku mohon.." Pinta Aeron lagi.

Desahan panjang itu terdengar menjengkelkan, Aeron tak berani menatap wajah Revan karena otot-otot yang sudah lemah dan lagipula dia sangat membenci wajah arogan itu. Namun, berbeda dengan Revan yang tidak mau mengalah. Pria itu menarik dagu Aeron sampai dia mau menatapnya dengan tulus.

"Sejak kapan kamu menangis?" Tanya Revan.

Bola mata sebening kristal itu terlihat rentan pecah. Genangan air masih membanjiri kelopak mata Aeron dengan hidung yang memerah. Bibir tipis merekah pucat dengan bengkak yang memerah. Semua adalah sebagian dari karya Revan, pria itu belum menunjukkan semua kemampuannya tapi Aeron sudah selemah itu.

"Aku suka melihatmu menangis seperti ini," Ucap Revan dingin tanpa kesadaran penuh.

Tangan Aeron langsung menepis saat diberikan kelonggaran, meski kakinya belum lepas dari sabuk kulit Revan tapi anak itu sudah lebih dulu menjauh dari bajingan tadi. Aeron berusaha mengatur deru nafasnya lalu menatap Revan tajam.

"Oh, kamu masih punya tenaga ternyata. Kenapa begitu?" Tanya Revan.

"Kalau kamu masih seenaknya seperti itu, maka aku semakin tidak menyukainya," Ucap Aeron kesal.

"Kita sepasang kekasih Aeron dan sebentar lagi akan menikah, jangan memberikan batasan seperti itu. Justru kamu harus terbiasa menerima semuanya dariku," Balas Revan.

Kepala Aeron memberat dengan perasaan yang terombang-ambing. Dia tahu kalau nanti status mereka adalah pasangan hidup yang tidak lepas dari tanggung jawab, komitmen, dan cinta, tapi Aeron masih tidak menerima bentuk cinta yang dipenuhi hasrat seksual di diri Revan. Pria itu sangat obsesi, liar, dan kasar. Aeron berusaha untuk menerima kepahitan hidupnya perlahan-lahan, tapi kenapa disela-sela itu dia harus berhadapan dengan Revan?

THE OVA [VAMPIRE × WAREWOLF] END S1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang