Chapter 2103 - Lautan Biru

8 2 0
                                    

"A-Ah! Benar juga! Terkadang kau bisa memperkuat pelindung itu ketika aku berpikir betapa cintanya aku padamu."

"Yang hanya bisa aku bayangkan, pikirkan, dan lihat adalah dirimu. Hal yang sama bukannya begitu?"

"B-Bisakah kau tidak menyebutnya seperti itu? Kesannya cukup memalukan bagi diriku." Shinichi sempat menurunkan pertahanannya ketika mendengar Koizumi berbicara seperti itu.

"Sejauh ini memang seperti itu. Waktu istirahat itu sangat penting bahkan Ibunda sendiri pasti akan menyarankan kita untuk melakukannya."

"Selama kita tak bergerak maka kemungkinan besar musuh yang menunggu kita juga akan bingung harus melakukan apa."

"Istirahat kita yang panjang juga dapat memicu keberadaan kita tak bisa dirasakan sama sekali oleh mereka karena kita seperti menyatu dengan hal lainnya."

"Bahkan jika kita diserang dengan skala yang lebih besar maka kita bisa menggunakan hasil sebelumnya untuk bertahan dan mencari tempat istirahat yang cocok."

"Dikarenakan kita sekarang berada di dunia yang lebih baru maka aku yakin semua orang terpaksa harus beradaptasi sampai membutuhkan waktu yang cukup lama."

"Maaf... sebelumnya aku berbicara seperti seorang pengecut."

"Itu wajar. Bahkan ini bukan yang pertama kalinya, aku sudah memperlihatkannya padamu beberapa kali."

"Padahal aku sebelumnya juga pernah berpikir seperti itu ketika mengetahui Hana telah tiada..."

"Istirahat dengan menganggap bahwa segalanya telah selesai. Kedamaian abadi yang sebenarnya telah diraih karena beristirahat dengan durasi yang sangat panjang."

"Cukup untuk menyingkirkan sesuatu yang memicu tekanan pada dirimu bukan?" Tanya Shinichi untuk memastikan.

Koizumi melepaskan hembusan nafas yang kesannya cukup tenang sampai Shinichi langsung tersenyum puas ketika menyaksikannya.

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan mendengarkan dirimu, Shinichi."

"Aku juga harus berpikir lebih realistis sebagai seorang istri."

"Ketika sudah menerima lamaran dari sesosok pria yang menarik hatimu, sesosok istri seharusnya menuruti apa yang suaminya inginkan."

"Itu artinya aku harus menurut sebagai istrimu. Mendengarkan segala saran yang akan keluar dari mulutmu itu."

Koizumi tersenyum lembut, "Kita tahu suami yang sangat aku cintai ini akan menjadi kepala keluarga dari semua anak yang kulahirkan."

"Kamu tidak perlu khawatir---" Perkataannya terpotong ketika ia melihat ombak besar yang sangat indah terjadi tepat di hadapannya.

"Ada apa, Koizumi?"

"Hanya teralihkan dengan ombak itu..."

"...tapi melihat air lautan yang tak bisa kau jumlahkan sama sekali. Mungkin itu cintaku padamu."

Shinichi langsung menyentuh dadanya sendiri dengan tatapan kesakitan karena perkataan itu terasa seperti panah cinta yang menusuk hatinya.

"Oh, ayolah, kau tak bisa menyerang hatiku dengan perkataan mendadak seperti itu."

"Hehehe, tak apa bukan? Kita hanya memiliki dua hari tersisa..." Ucapnya dengan ekspresi yang kembali terlihat murung.

Shinichi sejujurnya ingin merasakan apa yang Koizumi rasakan saat ini, dikarenakan perjuangan yang dilakukan olehnya jauh lebih lama.

Shinichi sudah pasti akan mengerti dengan keadaannya itu, perjuangannya jika dibandingkan dengan istrinya sangatlah jauh.

Seingatnya Koizumi memang sudah memulai perjuangan kerasnya ketika ia masih berusia sangat kecil. Diasuh sekaligus dididik oleh Ayahnya untuk menjadi pemberontak.

Yuusuatouri: FounderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang