Langit sudah gelap dan jalanan masih basah akibat guyuran air hujan yang baru saja berhenti.
Seseorang dengan jaket hitam dan motor sport besar kebanggaannya itu, melaju kencang di jalanan kota.
Dia, Jazzriel Greyza Dreanxa.
Atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Zriel. Di dunia per geng motoran, namanya lebih dikenal dengan nama Grey.
Dia, laki-laki berperawakan tinggi dengan bentuk tubuh sempurna yang tak jarang membuat laki-laki lain iri padanya. Terlebih, paras wajahnya yang tampan dengan tatapan mata berwarna keabuan yang tajam, ditambah dengan hidung mancung dan kulit putih, membuat siapa saja terpesona saat melihatnya.
Menjabat sebagai ketua geng motor yang sangat di takuti di Ibu Kota, tak pernah membuat Jazzriel berbesar hati. Dia tetap menjadi Jazzriel yang orang tau, dingin dan ketus. Walaupun lebel nya adalah manusia galak tak berperasaan, Zriel masih menghargai dan sopan pada orang yang juga menghargainya.
Berbeda dengan urusan cinta, Zriel tak pernah terlihat sering berdekatan dengan perempuan apalagi berpacaran. Dia tak pernah memikirkan tentang cinta, karna kesibukan di setiap harinya adalah mengurus GARGLE, tawuran, balapan, dan menjadi siswa paling berprestasi di sekolah.
Biarpun orang-orang mengenalnya sebagai seorang yang nakal, kepintarannya tak bisa diragukan, Jazzriel sangat cerdas. Dia bahkan menjadi peringkat dengan nilai tertinggi di sekolahnya.
Sempurna, bukan.
Tapi tidak, Jazzriel bukan tuhan. Dia tak memiliki kesempurnaan.
Mungkin dilihat dari segala yang menyangkut dengan dirinya itu adalah sebuah kesempurnaan yang tidak semua orang bisa memilikinya.
Namun, siapa sangka. Jazzriel tidak pernah mendapat kebahagiaan dari keluarganya semenjak wanita yang telah melahirkannya terbaring lemah tak berdaya di atas brankar rumah sakit, kebahagiaan menjadi sulit Zriel dapatkan. Seolah semesta akan membawa pergi kebahagiaannya bersama orang yang selalu menjadi alasan utama Zriel tersenyum.
Ya, benar.
Zriel kini tengah duduk di samping brankar rumah sakit milik Bundanya.
Diam termagu, dan hanya menatap lekat wajah Bundanya yang sedari tadi Zriel lakukan.
Ruang VIP yang menjadi tempat Bundanya dirawat, terlalu besar dan sepi untuk seukuran dia yang hanya diam seorang diri menemani Bundanya yang terbaring koma.
Suara pintu dibuka tak membuat Zriel menatap ke arah pintu. Matanya tak mau dia alihkan, bahkan dia enggan, karna dia tau siapa orang yang baru saja masuk kedalam.
Orang itu, Daniel Dreanxa. Papa kandung Zriel.
" Lusa Bunda kamu Papa pindahkan ke rumah. Sudah satu tahun lebih, Papa capek bulak balik ke rumah sakit terus. Biar kamu juga gak perlu capek tiap hari harus bulak balik ke rumah sakit " ucap Papanya yang kini sudah duduk di sofa yang berada tak jauh dari Zriel duduk.
Zriel tak menjawab, ia hanya diam mendengarkan.
Karna merasa tak ada jawaban dan hening beberapa menit, hanya terdengar suara Elektrokardiogram dan alat-alat rumah sakit lainnya.