Sepanjang jalan menuju kediaman Dreanxa, Zriel tidak hentinya mengumpati perjodohan konyol yang Papa nya bahas di telpon. Ia merasa hidup nya tidak pernah berjalan mulus sesuai keinginannya.
Mulai dari takdir yang memisahkan Zriel dengan seseorang yang ia cintai karna pandangan pertamanya, hingga ia rela menunggu bertahun-tahun karna percaya suatu saat nanti Tuhan akan mempertemukan kembali dia dan gadis itu. Dan kini, semua itu telah terjawab, Zriel bertemu dengan cinta pertamanya.
Tapi lagi-lagi, jalannya tidak pernah semulus yang diharapkan. Sosok gadis yang sudah mengisi kekosongan hati nya karna lelah mencari si cinta pertama itu datang kembali. Kedatangan Kiara membuat Zriel sedikit ragu akan perasaannya sendiri, apakah ia masih menyukai Kiara atau tidak. Tapi kini Zriel mengerti kenapa ia lebih cemburu dan marah jika terjadi sesuatu pada Azza dibanding Kiara, karna perasaan yang ia taruh pada Kiara dan Azza berbeda.
Mau bagaimana pun, Kiara hadir dan mengisi kekosongan hatinya saat Zriel lelah mencari si cinta pertama nya, dan selama itu pun Zriel sangat menyayangi Kiara. Rasa tidak suka saat melihat Kiara bermesraan dengan Ravell itu hanya satu, alasannya karna Zriel tau Ravell baik pada semua perempuan dan takut jika suatu saat Ravell menyakiti Kiara.
Hubungan mereka sampai saat ini saja tidak jelas, tidak berpacaran. Menurutnya terlalu berlebihan untuk mereka yang hanya sebatas teman tapi memanggil satu sama lain dengan panggilan aku-kamu, sering melakukan kontak fisik, saling memprioritaskan hingga banyak orang mengira jika keduanya tengah menjalin kasih.
Itu yang membuat Zriel tidak suka saat melihat Ravell dan Kiara bermesraan. Zriel menyayangi Kiara sebagai saudaranya, adik perempuannya, tidak lebih. Dan rasa tidak suka itu muncul karna ia khawatir jika suatu saat nanti Ravell akan menyakiti Kiara yang sudah jatuh terlalu dalam pada pelukan Ravell.
Sedangkan soal Azza, ia bingung harus memulainya dari mana. Mengingat jalan yang ia lewati tidak pernah mulus, ia jadi takut untuk mendekati Azza secara terang terangan, takut Azza sakit hati oleh dirinya sendiri.
Karna perjodohan konyol orang tuanya itu membuat Zriel takut untuk menumbuhkan rasa cinta pada gadis itu, ia takut menyakiti hati Azza. Jadi untuk saat ini, biarkan Zriel menyelesaikan urusan perjodohan ini dengan Papa, biarkan untuk saat ini Zriel saja yang menyukai Azza, biarkan saja rasa cinta yang berkembang menjadi besar itu hanya Zriel yang merasakan. Ia tidak ingin gegabah soal perasaan Azza.
Nanti setelah semuanya selesai, setelah semuanya sudah tidak rumit lagi, Zriel janji untuk terus memperjuangkan hatinya untuk Azza.
Begitu sampai didepan kediaman Dreanxa, seseorang dengan berpakaian satpam didepan rumah nya itu berjalan dengan gerakan cepat untuk langsung membukakan gerbang tanpa harus membuat Zriel menunggu.
Setelah memarkirkan motornya diantara mobil-mobil yang terparkir dipekarangan rumahnya, Zriel langsung mengambil langkah besar untuk memasuki rumah yang sudah lama tidak pernah ia injak lagi. Hal pertama yang netra nya liat saat membuka pintu yang menjulang tinggi itu sukses membuat Zriel buntu dalam mencari alasan agar pikirannya dapat menjawab bahwa bukan dia lah orang yang akan dijodohkan dengan dirinya oleh Papa nya.
Tatapan tajam Papa nya membuat Zriel tersadar dan menghembuskan nafasnya berat. Dengan terpaksa ia berjalan mendekat ke arah dua keluarga yang sudah duduk di ruang tamu dengan jamuan yang begitu banyak.
Zriel kini duduk disamping kiri Daniel, sedangkan di sisi kanan terdapat Tamara dan Calva ( ibu dan adik tirinya ).
" Langsung saja, Papa tidak ingin berlama-lama untuk menunda perjodohan ini. Papa tau, kamu sudah mengenal anak teman Papa ini, kan? " tanya Daniel sambil menatap Zriel dengan senyum yang begitu lebar.