21| Asing(?)

349 54 24
                                    

Azza berjalan ke arah ruang ganti dengan tatapan kosong. Bahkan selama ia berganti pakaian pun tatapannya tetap kosong, pikirannya ramai.

Kini ia berjalan menuju kelasnya, saat di belokan koridor seseorang menarik lembut pergelangan tangannya, namun berhasil membuat Azza membulatkan matanya karna jarak antara ia dan orang yang menariknya yang berjarak kurang dari 50cm.

Azza tersentak kaget lalu ia sadar dari lamunannya dan mulai menjauhkan dirinya dari orang itu.

" Mikirin apa sih? Sampe gak sadar di depannya ada tembok? " tanya Ravell sambil menatap Azza bertanya.

" Hah? " tanyanya bingung.

Lalu ia memutar tubuhnya untuk menatap tembok yang hampir saja ia tabrak tadi.

" Ah, enggak " jawabnya.

Ravell menaikan satu alisnya. Ia tau jika Azza sedang tidak baik-baik saja. Karna, beberapa saat lalu ia tidak sengaja melihat Azza bersama Shasha dan Nayra di belakang sekolah.

Namun akhirnya Ravell hanya mengangguk. Keduanya kini berjalan beriringan menuju kelas.

Dalam lamunannya, Azza berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang membuatnya menjadi seperti ini. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu.

" Ravell " panggil Azza.

" Hm? " Ravell menatap Azza bertanya.

" Makasih " ucap Azza sambil tersenyum ke arahnya, sedangkan Ravell, ia hanya diam tidak mengerti atas ucapan terimakasih yang Azza berikan untuknya.

" Semalem Zriel ngasih gue makanan, katanya dari lo " ucap Azza.

Ravell semakin dibuat bingung, karna ia merasa jika ia tidak menitipkan apapun pada Zriel dan ia bahkan tidak memesankan makanan apapun untuk Azza tadi malam.

' Zriel? ' batin Ravell.

Ravell lalu tersenyum menggeleng.

' Itu anak emang gengsi nya gede banget sampe jual nama gue segala ' batinnya lagi.

" Lo masih ngerasa harus bertanggung jawab sama amanah yang Ezza kasih, ya? " tanya Azza.

" Sekarang lo gak harus ngerasa diberatin karna amanah itu lagi. Ezza udah sadar, sebentar lagi juga dia udah bisa beraktivitas kaya dulu. Gue rasa, Ezza doang juga udah cukup buat jagain gue " lanjut Azza.

Ravell mengangguk sebagai jawaban.

" Tapi kalo gue ajakin lo makan, lo tetep mau kan? " tanya Ravell.

Azza tersenyum ke arah Ravell, lalu mengangguk sebagai jawaban.

Keduanya kini sudah berada didepan kelas, namun sebelum masuk, Ravell menahan pergelangan tangan Azza.

" Za "

" Kenapa? "

Ravell menatap mata sendu dihadapannya.

" Lo bukan sebuah rasa bersalah yang harus segera diluruskan. Tapi,  penyesalan terbesar yang buat dia gak bisa mengembalikan waktu " ucap Ravell.

Azza terdiam, ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan yang Ravell lontarkan padanya.

Ravell hanya tersenyum lalu menepuk pundak Azza pelan.

" Ayo, bentar lagi bel masuk " ucap Ravell yang diangguki Azza.

Lalu keduanya pun masuk dengan berjalan beriringan. Tanpa mereka berdua sadari ada dua pasang mata yang tengah memperhatikan mereka sejak tadi.

---

GARGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang