40| Kalung

236 26 8
                                    

Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari sana dengan Zriel, Ravell, Javi dan Arexa yang pergi menemani Ezza menuju apartemen Azza. Sedangkan sisanya, mereka berjaga dan memastikan apakah MoonEvil akan berulah lagi dan kembali menyandra anak Garuda atau tidak.

Sesampainya di dalam unit apartemen Azza, Ezza langsung membaringkan tubuh Azza di atas kasur berukuran Queen size milik kembarannya itu.

Tanpa di perintah, Zriel pergi ke arah dapur untuk membawakan wadah berisikan air hangat beserta handuk kecil untuk kemudian ia berikan pada Ezza.

" Darah nya cukup banyak, Za. Lo periksa kepalanya, gue takutnya dia dapet luka nya cukup parah " jelas Ravell saat melihat darah yang sudah mengering di pelipis Azza.

" Gue panggil dokter ke sini " ucap Zriel dengan raut wajah yang terlihat serius, padahal jauh di dalam hati nya Zriel begitu mengkhawatirkan Azza.

Ezza menggeleng, " Kita tunggu sampe Azza sadar, kalo dia ngeluh kepalanya sakit baru kita hubungin dokter " jelasnya.

Zriel mengangguk paham, walaupun kini ia menunjukkan secara terang terangan raut wajahnya yang terlihat cemas.

Ravell, Javi dan Arexa kini tengah duduk di ruang tamu, menatap cemas ke arah kamar Azza yang pintunya sengaja terbuka lebar.

" Ezza " panggil Zriel.

Ezza tidak menyahut, ia memilih diam sambil terus memandangi Azza.

" Ini salah gue "

Baru lah kini Ezza menatap Zriel, tatapannya datar.

" Azza kaya gini itu gara-gara gue " lanjut Zriel dengan netra yang menatap sendu ke arah Ezza.

" Gue tau " jawaban singkat yang Ezza lontarkan membuat Zriel diam memandangi Ezza dengan raut wajah yang sulit diartikan.

" Alasan kenapa Azza selalu ada di situasi kaya gini itu mungkin karna lo. Tapi semua orang juga tau kalo lo bukan pelakunya " jelas Ezza.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hatinya memang sedikit merasa marah pada Zriel. Dulu Ezza tidak pernah sedikitpun menyimpan emosi pada Zriel, bertengkar saja tidak pernah, bahkan hanya berdebat kecil pun jarang, tapi situasinya kini berbeda, ada Azza di tengah tengah mereka dan kejadian seperti ini selalu terjadi pada Azza setelah Azza mengenal Zriel dan GARGLE, membuat Ezza sedikit sensitif dan cepat emosi. Tidak lebih, karna Ezza sangat menyayangi Azza dan khawatir sesuatu akan terus menimpa kembarannya.

Atmosfer diantara keduanya berubah dingin, ditambah dengan dinginnya AC semakin membuat mereka yang berada disana terdiam canggung.

Ezza menghembuskan nafasnya berat, ia tidak seharusnya seperti ini, ucapannya mungkin saja menyakiti perasaan Zriel.

" Lo gak perlu nyalahin diri lo sendiri, Zriel. Semua ini terjadi karna emang udah takdir nya aja " ucap Ezza.

Ezza memutar kepalanya menatap netra Zriel lurus, tatapannya begitu dalam.

" Apa yang lo bilang tadi itu bener? "

Pertanyaan itu membuat Zriel bingung.

" Lo bakalan bunuh Hito kalo dia berani macem-macem sama Azza? " tanya Ezza.

Zriel menunduk, sedikit memberi jeda sebelum akhirnya ia mengangguk, " Iya "

" Atas dasar apa? " tanya Ezza lagi.

" Semarah apapun lo, membunuh itu bukan cara terbaik buat balas dendam " lanjut Ezza.

" Lo siap mengotori tangan lo demi ngelindungin Azza walaupun harus dengan cara membunuh tuh, atas dasar apa gue tanya? " ucap Ezza sekali lagi.

GARGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang