42| Keluarga(?)

221 27 16
                                    

Daniel terus menatapi Zriel yang sedari tadi hanya duduk di samping brankar sang Bunda dengan kedua tangan yang terus menggenggam tangan Bunda, sesekali Zriel cium tangan halus itu, netranya tidak lepas dari wajah Hanna yang semakin tirus.

" Jazzriel " panggil Daniel.

Zriel tidak menjawab, laki-laki itu bahkan tidak mendengar panggilan dari Papa nya.

" Papa akan mengusahakan segala cara buat Bunda " ucap Daniel.

Kali ini, Zriel mendengar apa yang Papa ucapkan. Netra yang sebelumnya menatapi wajah Bunda kini menatapi seprai rumah sakit.

" Bukannya Papa udah gak peduli sama Bunda? " tanya Zriel yang membuat Daniel menatap Zriel sendu.

" Papa selalu peduli sama Bunda, sama kamu juga " ucap Daniel.

" Bohong " sanggah Zriel.

" Mana ada peduli caranya nikah lagi sama janda anak satu. Bahkan Papa nikah sama Bunda pun tanpa didasari rasa cinta, jadi buat apa Zriel harus percaya kalo Papa beneran peduli sama Zriel dan Bunda  " sindir Zriel.

" Jazzriel! " tegur Daniel.

Zriel mendengus, ia tahu ucapannya sudah kelewat batas, tapi ia kesal tiap kali Papa nya selalu membela istri kedua dan anak tiri nya itu.

" Sejak dia datang dan beberin fakta kalo dia anak Papa, Zriel udah kecewa sama Papa. Jadi buat apa Zriel percaya sama Papa? " tanya Zriel dengan kedua mata nya yang menatap Daniel penuh emosi.

" Kamu tidak tau apa-apa, kamu gak ngerti apa-apa " ucap Daniel.

" Gimana Zriel mau tau, kalo yang Papa kasih ke Zriel cuma tuntutan tanpa alasan? Zriel juga gak akan ngerti " jelasnya.

Daniel memejamkan matanya, tidak ingin kembali berdebat dengan anak nya itu.

" Tolong, Papa cuma minta kamu buat nurut sama Papa, apa sesusah itu, Jazzriel? " tanya Daniel dengan raut wajah memohon.

Zriel benci tatapan itu, tatapan yang seolah memposisikan Zriel sebagai pihak yang menyakiti. Padahal disini, ia juga tersakiti.

Kedua netra itu saling menatap, cukup lama hingga akhirnya suara dering telpon dari saku celana Daniel membuat keduanya saling memalingkan tatapannya.

Daniel mengangkat panggilan itu tanpa beranjak dari duduk nya.

" Kenapa? " tanya Daniel setelah telponnya tersambung.

" ... "

Raut wajah nya berubah marah, Zriel sedikit penasaran dengan apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang dalam panggilan Papa nya.

" Jangan sampai dia berbuat macam-macam. Saya kesana sekarang " ucap Daniel.

Sambungan pun terputus. Daniel menatap ke arah Zriel, " Dia datang lagi ke rumah. Kamu tunggu di sini, Papa pergi dulu " ucap Daniel, setelah mengatakan itu Daniel pergi meninggalkan ruang inap VVIP Bunda.

Zriel mengepalkan kedua tangannya. Lalu bangkit dari duduk nya, dan pergi meninggalkan dari sana dengan tangan yang kini sibuk mencari kontak seseorang. Setelah berhasil ditemukan, Zriel langsung menelpon orang itu.

" Jav, kumpulin anak-anak. Kita serang malam ini " ucap Zriel setelah telponnya tersambung. Lalu Zriel mematikan sambungan telpon itu setelah Javi menjawab nya.

---

Tepat pada pukul 10 malam, Zriel tiba di basecamp. Javi, Ravell, Ezza, Arexa, Revan dan Rhaikal yang sudah berada di sana sejak tadi pun menatap Zriel bingung. Laki-laki itu datang dengan keadaan yang berantakan, bahkan seragam sekolah masih menjadi pakaian yang Zriel kenakan.

GARGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang