Hari ini rasanya ada sesuatu yang berbeda, sejak bangun pagi rona rona di wajah Azza tidak pudar, seperti tengah berbahagia. Mungkin karna pengakuan dari seseorang kemarin berefek sangat besar untuk dia. Hingga orang-orang di rumah pun ikut merasa senang dengan kebahagiaan yang tengah dirasakannya.
Sama seperti Azza, Zriel pun hari ini terlihat sedikit berbeda dari hari biasanya. Sejak bangun tadi dia langsung bersiap siap untuk menjemput seseorang yang menjadi spesial untuknya.
Keluar dari gedung apartemen dengan wajah berseri dan jari telunjuknya yang memutar mutar gantungan kunci, sedangkan tangan lainnya dimasukkan ke dalam saku, kepalanya menunduk dengan senyuman menghiasi wajahnya saat bertemu tatap dengan satpam. Satpam itu sampai ikut tersenyum melihat senyum yang begitu lebar di wajah laki-laki itu.
Mulai hari ini, Zriel putuskan untuk pergi sekolah bersama Azza. Walaupun dia harus menjemput Azza di rumah keluarganya. Seperti hari ini, dia menjemput Azza ke rumah keluarganya.
Zriel tersenyum kala irisnya menatap sosok yang dia tunggu sedang berjalan ke luar bersama Ezza dan kedua orang tuanya.
" Ezza berangkat dulu " pamit Ezza sambil menyalami kedua orang tuanya.
" Azza juga " timpal Azza dan ikut menyalami kedua orang tuanya.
" Siapa ini yang jemput? " goda Mama saat Zriel yang kini sudah berdiri di hadapannya.
Dia menyalami kedua orang tua Ezza dan Azza, " Om, Tante " sapa nya.
" Calon menantu Mama Papa ini " ucap Ezza menggoda keduanya.
" Wah, calon menantu Papa nak Jazzriel ternyata. Kalo tau orang nya Jazzriel, udah Papa restuin dari lama " ucap Papa antusias.
Sesama pengusaha kaya raya kelas atas, Papa sangat mengenal siapa pemilik dari Dreanxa Group dan siapa saja keluarga dari pemilik perusahan paling besar itu.
" Si Papa gimana, sih. Kata Ezza kan deket nya belum lama, ini juga masih proses usaha ya? " tanya Mama pada Zriel setelah memukul pelan lengan suaminya.
Sedangkan yang ditanya hanya mengangguk dengan tertawa canggung.
" Ini kapan perginya? " tanya Azza yang sebenarnya sudah ingin pergi karna tidak sanggup berlama lama di goda oleh kedua orang tuanya.
Mereka terkekeh melihat wajah Azza yang sudah memerah, gadis itu bahkan mengibas ngibaskan tangannya di udara ke arah wajahnya.
" Cie salting, ciee " goda Ezza.
" Ezza gue pukul ya lo " kesal Azza dengan gigi yang menggertak kesal.
" Ya udah, Om Tante, Zriel pamit pergi dulu. Izin juga bawa Azza pergi bareng " ucap Zriel meminta izin.
" Iya, silahkan. Hati hati ya kalian di jalannya " ucap Mama yang kemudian diangguki ketiganya.
" Papa juga mau langsung pergi, ada meeting sama client dari Surabaya " ucap Papa yang diangguki Mama kemudian menyusul pergi meninggalkan kediaman Althaza.
Setibanya mereka di sekolah, Azza langsung turun dan berjalan memasuki area gedung beriringan dengan Zriel dan Ezza. Dilihatnya pun tadi motor para anggota inti sudah memenuhi parkiran, yang artinya mereka sudah tiba lebih dulu.
Sepanjang koridor, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang, tapi sukses membuat Azza sedikit tidak nyaman karna tatapan yang sangat menyeramkan sejak dia tiba diparkiran dengan Zriel yang memboncengnya.
" Za, tungguin dong. Ini calon menantu Mama sama Papa nya ko ditinggal " ucap Ezza setengah berbisik saat dia sudah dapat mensejajarkan langkahnya dengan Azza.