Azza melangkahkan kakinya keluar dari unit apartemennya, menutup pintunya dengan gerakan yang lemas, ia berharap hari ini ia bisa izin untuk tidak masuk sekolah saja. Ntah lah, Azza hanya ingin menghindari semua orang hari ini, perasaannya tidak bagus hari ini.
Netranya menatap terkejut pada sosok yang kini sudah berjalan beriringan dengannya. Azza tidak ada tenaga untuk sekedar menyapa Zriel yang ia lihat pun hanya berjalan tidak bergeming disampingnya.
Setelah keduanya memasuki lift, baru lah Azza bertanya perihal kemarin dengan melirik ragu ke arah Zriel.
" Gimana lo sama Ravell? " tanya Azza tanpa menatap ke arah Zriel.
Zriel menatap ke arah Azza, sedikit memberi jeda lali membuka suaranya, " Gak gimana gimana " jawab Zriel.
" Udah baikan? "
Zriel mengangguk.
Setelahnya, tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Mengingat hubungan Azza dan Zriel terakhir kali membuat Azza sedikit canggung saat harus berduaan seperti ini degan Zriel.
" Bareng gue aja " ucap Zriel.
Azza menatap bingung ke arah Zriel, " Gue males ribut hari ini. Tenaga gue abis. Cewek lo nanti gangguin gue lagi " tolaknya.
Zriel menghembuskan nafasnya, lagi lagi alasan itu. Ia lalu menarik lengan Azza lembut, memakaikan gadis itu helm lalu setelahnya ia naik ke atas motornya dan mengulurkan tangannya pada Azza setelah membuka injakan kaki pada motornya.
" Naik. Gak ada penolakan " ucap Zriel.
Azza lalu naik ke atas motor Zriel, ia benar benar malas ribut. Urusan Shasha ia pikirkan nanti. Kini motor Zriel pun sudah melaju di kecepatan sedang, membelah jalanan ibu kota yang sebentar lagi mungkin akan ramai pengendara dan mengakibatkan macet.
Setiba nya di sekolah, lagi dan lagi Azza menjadi pusat perhatian dan tak heran, ia pun kini tengah menjadi buah bibir. Azza tidak peduli, kali ini Azza benar-benar tidak peduli.
Satu persatu anggota GARGLE berdatangan memenuhi parkiran barisan paling depan yang sudah diklaim sebagai tempat milik GARGLE.
" Widih, berangkat bareng nih " ucap Helga heboh.
" Lu hobu banget godain mereka " ucap Jere pada Helga.
" Kaya yang gak pernah aja lu " cibir Helga.
Mereka semua geleng geleng melihat keributan yang terjadi antara Helga dan Jere. Netra Azza bertemu dengan elang milik Ezza, kembarannya.
" Lemes banget lo, gak sarapan? " tanya Ezza.
" Udah " jawabnya dengan anggukan yang lemas.
" Terus kenapa lemes? Lo sakit? " tanya Ezza lagi. Mereka yang sedari tadi diam, kini menatap ke arah Azza, untuk memastikan apakah gadis itu sakit atau tidak.
" Tau lo, tumben loyo banget " ucap Helga.
" Loyo kaya gak punya cowok " ucap Rhaikal asal bicara.
" Loyo kaya gak punya cewek " timpal Revan.
" Yeuh, si monyet. Abong boga kabogoh, balaga kieu lah. Subuh enggeusan siah ku aing do'akeun " sindir Jere menggunakan bahasa sunda yang membuat mereka menyengir menatap ke arah Helga meminta untuk diterjemahkan.
Helga yang ditatap hanya menghembuskan nafasnya, " Yeuh, si monyet- "
" Itu gak perlu di translate, semua orang tau kelakuan si Revan kaya monyet " ucap Jey yang mengundang gelak tawa dari teman temannya begitupun Azza.