Langit yang gelap menandakan bahwa alam pun ikut bersedih akan kepergian Arexa.
Semua orang tengah berkumpul, mengelilingi liang lahat yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir Arexa.
Tangis pecah dari Mama Arexa membuat siapa saja ikut merasakan sakit yang terasa begitu pilu. Begitupun dengan Syela yang kini tengah berjongkok di samping Mama Arexa sambil mengelus kedua pundak wanita itu.
Pemakaman nya telah selesai. Tanah sudah sepenuhnya mengubur Arexa yang berada dalam peti mati. Bunga sudah ditaburkan. Doa sudah dipanjatkan. Tapi tangisan karna sebuah rasa kehilangan masih terdengar memilukan.
Azza yang sedari tadi bersandar pada Ezza kini menyembunyikan wajahnya di dada laki-laki itu, menangis terisak hingga membuat Ezza tidak tega. Tangan laki-laki itu memeluk Azza, mengusap lembut kepala Azza.
Sedangkan Zriel, laki-laki itu terus menatap kosong tumpukan tanah dengan papan bertuliskan nama Arexa di bagian atasnya.
Berusaha terlihat tegar, walaupun sebenarnya ia menjerit dalam hatinya. Menyalahkan dirinya atas kepergian sang teman.
Ravell dan Javi yang sejak tadi merangkul pundak kekasihnya pun kini menatap Zriel. Tidak tega pada sang ketua yang mereka yakini tengah menyalahkan dirinya sendiri saat ini.
Semua anggota GARGLE datang untuk mengantarkan Arexa ke tempat peristirahatan terakhirnya. Saking banyaknya orang yang mengantar Arexa, kedua orang tuanya sampai harus meminta polisi untuk memandu jalan dan mengamankan tempat pemakaman.
•••
Sudah tiga hari semenjak kepergian Arexa, tapi rasa kehilangan itu masih setia menemani semua orang yang ditinggalkan.
Suara bel membuat Azza tersadar dari lamunannya. Dengan langkah yang lemas ia berjalan ke arah pintu. Azza terkejut mendapati Syela yang kini tengah berdiri dihadapannya dengan pakaian yang sangat rapih.
" Syel? "
Syela tersenyum, gadis itu langsung masuk saat Azza memiringkan tubuhnya memberi ruang untuk mempersilahkan Syela masuk ke dalam.
Keduanya duduk di ruang tengah, masih diam membisu, sebelum akhirnya Azza membuka suara lebih dulu.
" Mau gue buatin minum apa? "
Syela menggeleng, " Ga usah, Za. Gue sebentar kok, abis dari sini mau langsung pergi ke bandara "
Kening Azza berkerut saat mendengar jawaban Syela.
" Gue mau pergi ke Turki buat pengobatan lebih lanjut. Kanker gue makin parah, dokter yang rawat gue selama di Indo bilang kalo potensi naik ke tahap tiga sangat besar " jelas Syela.
Azza menatap Syela dengan tatapan yang sangat putus asa. Dengan gerakan cepat Azza menarik Syela ke dalam pelukannya, menumpahkan semua sesak dan sakit yang ia simpan sejak kepergian Arexa.
Azza tidak tau sebesar apa rasa sakit yang Syela terima, untuk nya saja rasa sakit itu sudah sangat menyakitkan. Ia tau jika selama tiga hari ini Syela berpura-pura kuat dengan menyibukkan dirinya berobat.
" Syela, gue tau lo kuat. Bertahan ya? " ucap Azza sambil melepas pelukannya.
Syela mengangguk, wajah keduanya sudah berderai air mata.
" Gue titip salam buat yang lainnya ya. Gue sengaja cuma nemuin lo doang sebelum gue pergi. Karna gue gak bakalan kuat buat gak nangis " ucapnya.
Gadis itu mengambil sesuatu dalam tas nya, " Kedatangan gue ke sini nemuin lo juga karna gue mau ngasihin ini ke lo "
Azza menatap sebuah gelang dalam kotak yang Syela berikan.
" Arexa mau ngasihin ini buat lo waktu di Dufan sebagai hadiah karna lo udah mau berjuang buat sembuh dan hadiah anniversary kalian" jelasnya.