11| Khawatir

578 68 13
                                    

Zriel yang sebelumnya hanya duduk di sofa sambil menatap Azza yang tengah menyantap makanan nya. Kini laki-laki itu berjalan ke arah ranjang saat melihat Azza sudah selesai dengan makannya.

" Mulai besok lo pulang pergi bareng gue "

Laki-laki berucap sambil membantu Azza merapihkan bekas makannya, matanya bahkan tidak menatap ke arah Azza saat ia mengatakannya tadi.

Azza lantas menatap Zriel tajam.

" Lo hobi banget nyuruh nyuruh gue seenak jidat lo " kesal Azza.

" Gue gak mau " lanjutnya.

Kini gadis itu turun dari ranjang dan berdiri berhadapan dengan Zriel.

" Hito sama Yoga di lariin ke rumah sakit. Hito dapet luka ringan, sementara Yoga, dia luka berat " ucap Zriel membuat Azza kembali terdiam.

Namun, kali ini cukup lama.

Azza mengerti dari ucapan yang Zriel lontarkan tadi. Bahaya sedang menantinya. Tapi hatinya tidak merasa takut sekalipun, ia justru merasa senang. Karna dendamnya yang sudah terbalaskan.

Katakanlah ia salah. Karna, sudah membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi, apa boleh buat. Ia tidak punya siapa siapa lagi selain Ezza. Jika Ezza pergi, maka ia pun akan ikut pergi.

Yang ada dipikirannya, jika hal buruk terjadi pada Ezza dan ia tidak mampu untuk bertahan sendirian, setidaknya dendamnya sudah terbalaskan. Karna untuk menghukum pelakunya, hanya ada satu cara. Membuatnya bernasib sama seperti kembarannya.

" Thank's buat informasinya. Tapi gue bisa jaga diri gue sendiri " ucap Azza dingin.

Sebelum gadis itu pergi meninggalkan Zriel, laki-laki itu menarik tangan Azza untuk kembali berhadapan dengannya.

" Jangan keras kepala. Lo gak tau MoonEvil sekejam apa kalo lagi mangsa orang buat balas dendam " jelas Zriel masih tidak menyerah.

" Lo gak liat waktu gue mukulin Yoga? "

Katakanlah jika Azza sedang ingin membanggakan diri nya untuk menghindari perintah Zriel.

" Za, mereka bakalan lebih brutal karna gak ada orang yang mimpin buat lindungin mereka "

" Gue ada Arexa, ada Ravell, ada Javi juga. Gue masih benci sama lo, kalo lo lupa " ucap Azza menatap Zriel tajam.

Zriel menatap dalam manik mata Azza. Sedikit tidak suka. Rahangnya mengeras. Ia marah. Ntah pada apa.

" Gue gak peduli. Pokonya mulai besok lo kemana mana bareng gue "

Azza menatap Zriel tidak suka, ketika laki-laki dihadapannya ini menuntutnya untuk menuruti keinginannya.

Ntah lah. Zriel pun tidak mengerti pada dirinya sendiri. Kenapa ia berlebihan seperti ini pada Azza.

Alasannya mungkin karena ia ingin meminta maaf dengan cara ia melindungi Azza dari segala bahaya, atas kemarahan dan kecemburuan Azza yang berfikir jika Ezza lebih mementingkan Zriel dibanding dirinya. 

Mau suka ataupun tidak, Zriel akan tetap melindungi Azza menggantikan Ezza. Walaupun ia tidak yakin jika niatnya hanya sebatas itu untuk Azza.

" Lo gak bisa seenak nya gini, dong. Gue gak mau. Lo siapa berani ngatur sama nyuruh nyuruh gue? " marahnya yang akhirnya meledak.

" Gak ada penolakan " ucap Zriel.

Kemudian laki-laki itu pergi lebih dulu meninggalkan Azza menuju kelas.

Hal itu membuat Azza menggeram marah. Apa apaan Zriel ini.

---

Sepanjang jam pembelajaran, Azza rasanya ingin menendang laki-laki yang duduk tepat di samping kanannya.

GARGLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang