" Van, sakit " ucap Yolland saat tangannya terus ditarik hingga belakang sekolah.
Revan langsung menghempaskan tangan gadis itu kasar.
" Mau lo apa, sih? " tanya Revan dengan raut wajah yang sudah tidak bersahabat.
" Gue tunduk sama lo dan mohon mohon buat balikan sama lo, karna lo jadi yang pertama mutusin gue duluan? Gitu? " tanya Revan lagi.
" Jangan pikir karna lo cewek pertama yang berani putusin gue duluan, lo ngerasa kalo gue kehilangan lo, Land " lanjutnya.
" Van, gue gak pernah- "
" Gue tau lo bilang ke semua orang kalo lo yang ninggalin gue duluan pas gue lagi cinta cintanya sama lo " potong Revan.
" Asal lo tau, gue gak secinta itu sama lo. Gue juga fine fine aja lo putusin, gue bahkan gak merasa kehilangan atau sedih. Jadi stop berpikir kalo lo itu segalanya buat gue dan gue itu masih milik lo " jelas Revan sambil menatap Yolland dengan tatapan menusuk.
" Van, tunggu. Van, dengerin dulu gue " ucap Yolland sambil menarik lengan Revan saat laki-laki itu hendak pergi meninggalkannya.
" Kenapa harus Windy? " tanya Yolland yang berhasil membuat Revan berhenti melangkah.
" Because she is better than you " ucap Revan sambil membalikkan badannya dan menatap Yolland.
" Dan yang paling penting, karna dia berhasil bikin gue jatuh cinta disaat orang lain bahkan gak bisa nyentuh hati gue sedikitpun " jelas Revan yang berhasil membuat Yolland diam mematung dan merasakan sesak yang begitu luar biasa.
" Kenapa, Van? Kenapa harus adik tiri gue? " tanya nya pelan, begitu pelan tapi Revan masih dapat mendengar itu.
Revan mengeraskan rahangnya. Ia sebenarnya mengerti perasaan Yollanda saat ini, perasaan sakit saat Revan lebih memilih adik tirinya. Ada perbedaan yang begitu kontras diantara keduanya yang membuat Revan lebih memilih Windy.
Tidak ingin menyakiti lebih jauh, Revan akhirnya pergi meninggalkan Yolland. Dan tepat setelah kepergiannya, air matanya kini mulai merembes membasahi pipinya.
---
Disisi lain, Selta terus menarik pergelangan tangan Windy dengan lembut hingga kini keduanya sudah berada di UKS. Ketiga temannya menunggunya di luar.
" Ta, gue gapapa " ucap Windy dengan suaranya yang begitu lembut.
Sedangkan Selta tidak menghiraukannya sama sekali, laki-laki itu memasukan handuk kedalam wadah berisi air dingin yang anak PMR beri padanya. Memeras handuk itu, kemudian menempelkannya di pipi Windy.
Tatapan matanya terlihat begitu cemas dan sedikit ada kilatan amarah disana. Windy tau jika teman kecilnya ini memang tidak menyetujui hubungannya dengan Revan sejak awal, meski Revan adalah sahabatnya, Selta lebih tau bagaimana laki-laki itu dibanding Windy.
" Gue gak bakal minta lo buat putus sama dia " ucap Selta saat menyadari raut wajah Windy.
" Ta, gue sayang sama dia " ucap Windy dengan sendu.
Selta mengangguk, " Tapi, kenapa harus dia, Ndy? " tanya Selta.
Windy menggeleng, " Gue gak tau. Gue beneran sesayang itu sama dia, Ta. Gue bahkan gak bisa liat kakak tiri gue sendiri waktu dia pacaran sama Revan " jelas Windy dengan tatapannya yang sudah berlinang air mata.
" Walaupun dia temen deket gue, gue gak akan bela dia kalo dia beneran salah. Ndy, kesalah dia cuma satu, menabur rasa ke setiap wanita tanpa peduli nantinya orang itu bakal jatuh cinta atau terluka. Dia lakuin itu cuma buat main-main " jelas Selta.