After party telah selesai dilaksanakan dan waktu kini sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Selepas resepsi pernikahan selesai, malam nya acara berlanjut ke wedding after party, acara yang lebih santai itu Zriel dan Azza habiskan lebih banyak bersama teman-temannya.
Kini setelah keduanya berpamitan pada segelintir orang yang masih tersisa di wedding venue outdoor, Zriel dan Azza memasuki salah satu kamar hotel tipe presidential room yang telah diubah menjadi kamar khusus pengantin baru.
Salah satu staff hottel membantu Zriel dan Azza untuk mencari kamar mereka, setelah dipersilahkan masuk, dengan lembut Zriel menarik pinggang Azza untuk menyuruhnya masuk lebih dulu.
Tarikan pada pinggangnya entah kenapa terasa berbeda setelah keduanya resmi menjadi pasangan suami istri. Azza merasa jantungnya lebih berdebar dari biasanya saat ia menerima perlakuan manis dari Zriel.
" Silahkan. Jika ada hal lain yang dibutuhkan Bapak dan Ibu bisa hubungi resepsionis saja " ucap staff tersebut.
Keduanya mengangguk dan menjawab bersamaan, " Makasih ".
Staff itu mengangguk dengan tersenyum ramah, " Saya permisi dulu. Selamat malam ".
Zriel dan Azza membalas senyuman staff itu, " Malam ".
Setelah kepergian staff hottel itu, Azza mulai melangkahkan kakinya memasuki kamar yang akan dirinya dan Zriel tempati malam ini.
Ada beberapa candle tertata di setiap sudut ruangan, kelopak bunga mawar yang ditabur disepanjang lantai menuju ranjang double king size yang juga bertabur kelopak bunga mawar merah dengan dua handuk berbentuk angsa ditengah tengah nya, jangan lupakan aroma dari lilin beraroma tercium begitu wangi yang membuat Azza semakin mengembangkan senyumnya.
Zriel yang menyaksikan perubahan raut wajah Azza yang mulai merekah, lantas ikut tersenyum hangat, dia bawa langkahnya menuju Azza dan kedua tangannya dengan perlahan mulai memeluk pinggang Azza dari belakang.
Sedangkan Azza, dia sedikit tersentak kaget, apalagi saat hembusan nafas Zriel menyapu leher jenjangnya yang tidak tertutup apapun.
Dress mini yang hanya menutupi dari bagian dada hingga pahanya itu membuat kulitnya langsung bersentuhan dengan kulit Zriel saat laki-laki itu menaruh dagu nya di pundak Azza.
" Suka? " tanya Zriel dengan suara yang mengalun lembut.
Azza mengangguk dengan tersenyum hangat, " Suka ".
Zriel ikut tersenyum mendengar jawaban Azza, " Makasih, sayang ".
Kerutan dikening Azza mulai tercetak jelas, " Makasih buat apa? ".
" Makasih karna udah milih buat lahir ke dunia ini, makasih juga karna udah datang ke hidup aku dan jadi penyempurna hidup maupun diri aku yang gak sempurna ini. Makasih, Aya. Makasih udah mau mencintai aku dan milih buat berlayar bareng aku di bahtera rumah tangga yang baru mau kita mulai ini ".
Azza tertunduk dalam dekap hangat Zriel yang masih dalam posisi sebelumnya.
" Sayang, yang aku tau kehidupan pernikahan itu gak akan selama nya berjalan sesuai sama apa yang kita rencanakan, ada beberapa hal yang mungkin gak akan bisa kita kendalikan di masa depan nanti. Ayo kita sama-sama belajar buat membangun rumah tangga sesuai sama apa yang kita harapkan. Izinin aku buat membimbing kamu membangun rumah tangga yang sehat dan bahagia, dan jangan lupa buat selalu ingetin aku kalo sekiranya ada kata-kata atau perlakuan aku yang kurang enak ke kamu. Sayang, ayo kita bangun semegah-megah nya rumah tangga kita sampai kita tua nanti dengan didasari cinta yang suci ".