Chapter ini berkaitan dengan chapter 44
Bel istirahat berbunyi sekitar tiga menit yang lalu. Tapi Arexa lebih memilih untuk memutar balik tubuhnya, berjalan ke arah yang berlawanan dengan teman-temannya yang sedang berjalan menuju rooftop dengan keributan Helga dan Jere yang menyita banyak perhatian setiap manusia yang memenuhi koridor sekolah.
Saking hebohnya pergelutan dua temannya, membuat mereka tidak menyadari kehadiran Arexa.
Rasa sakit pada perut nya semakin menjadi, mual pun mulai Arexa rasakan. Langkahnya ia bawa menuju UKS, sedikit pusing, peluh pun mulai membanjiri keningnya. Setiba nya di UKS, Arexa langsung membaringkan tubuhnya di ranjang.
' Hari ini bukan jadwal gue kemo, tapi kenapa sakit nya kambuh ' batin Arexa.
Suara pintu terbuka membuat Arexa sedikit was was. Cepat-cepat ia berbaring dengan nyaman, memejamkan matanya seolah tidak terjadi apapun.
Mikayla, anggota PMR itu mengerutkan keningnya kala melihat Arexa yang tengah berbaring di salah satu ranjang kosong di ruang itu.
" Akting lo jelek " ucapnya saat melihat mata terpejam Arexa yang bergerak, memaksa untuk tidak terbuka.
" Ini gue, Mikayla. Gak usah pura-pura tidur, gue tau lo gak tidur " lanjutnya sambil membereskan stok obat yang baru ia bawa.
Arexa akhirnya membuka kedua matanya, menatap Mikayla— gadis yang Arexa tau sedang temannya dekati, yang kini tengah menatap balik Arexa.
" Wajah lo pucet banget, mau gue panggilin dokter Tia? " tanya nya.
Arexa masih diam.
" Atau mau gue panggilin Syela aja? " tawarnya.
" Kay, boleh gue minjem hp lo buat hubungin nyokap gue? "
Mikayla menatap Arexa bingung, untuk apa pikirnya.
Sebelum mengeluarkan benda pipih dari saku nya, hazel itu menatap wajah Arexa yang kian memucat. Sedikit ia pahami, jika saat ini Arexa sedang menahan rasa sakit yang laki-laki itu tutupi.
Melihat gerak gerik gadis itu, Arexa lantas kembali bertanya, " Boleh? Hp gue mati "
Tanpa menjawab, Mikayla mengulurkan handphone miliknya.
Setelah menerima handphone nya, Arexa langsung menelpon seseorang yang menjadi tujuannya meminjam handphone gadis itu.
" Ma, penyakit Asa kambuh "
" ... "
" Asa gak mau pingsan di sekolah "
" ... "
" Tolong cepet ya, Ma. Asa udah gak kuat nahan sakit nya "
" ... "
" Iya, Ma. Tapi Ada minta buat jangan nyalain sirine ambulan nya, ya? Ada mau pergi tanpa bikin keributan "