Pagi ini Azza sudah rapih dengan seragam sekolahnya, setelah sarapan dia langsung memakaikan jaket jeans hitam nya dan menggendong tas nya, lalu menyambar helm fullface dan kunci motornya.
Tangan kanannya menarik gagang pintu apartemennya, belum melangkah keluar netranya sudah mendapati Zriel yang sedang berdiri dihadapannya.
Hening beberapa saat, Azza masih memikirkan tentang kejadian kemarin, dimana ia akan memulai hari baru yang ia harap akan penuh bahagia dengan Zriel. Gadis itu lalu mengulum senyumnya, menahan rasa yang asing dalam hatinya.
Zriel yang melihat Azza tengah mengulum senyum pun memiringkan kepalanya ke kiri dan menaikan satu alisnya, suara dehaman dan raut wajah yang terlihat salah tingkah dari Azza membuat Zriel tersenyum.
Kening Azza berkerut saat Zriel mengulurkan satu tangannya ke arah Azza.
" Ayo, pergi bareng "
Walupun sempat mengangguk ragu karna memikirkan tentang kehebohan yang akan terjadi, tapi akhirnya Azza menerima uluran tangan Zriel dengan tersenyum lebar.
Keduanya jalan menuju lift, dengan masing-masing dari keduanya yang tengah mengulum senyum.
Zriel yang senang karna Azza yang mulai mau membuka hatinya, sedangkan Azza yang tersenyum geli sekaligus gemas pada jemari tangan yang Zriel genggam itu tengah terayun mengikuti gerakan laki-laki itu.
Sesampainya di basement, keduanya kini sudah berdiri di samping motor kesayangan Zriel. Tubuh tinggi itu berbalik menghadap Azza, tangannya terulur untuk mengambil helm fullface gadis dihadapannya.
Gerakan tangan Zriel yang merapihkan anak rambut Azza secara tiba-tiba itu membuat Azza gugup, kepalanya ia miringkan ke arah lain dan matanya ia alihkan untuk menatap jejeran mobil yang terparkir di basement.
" Liat sini " perintah Zriel halus.
Azza lantas menatap ke arah Zriel, laki-laki itu tersenyum tipis saat menyadari semburat merah di pipi Azza.
" Panas, ya? " tanya Zriel sambil memakaikan helm pada Azza.
Azza yang mendengar itu pun menggeleng ragu dengan tatapan bingung.
" Terus, kenapa merah gitu pipi nya? "
Pertanyaan itu membuat Azza diam mematung.
Sadar akan godaannya yang sukses membuat Azza gelagapan, Zriel lalu menutup kaca helm itu, membantu Azza untuk menutup wajahnya karna malu.
Setelahnya, Zriel naik lebih dulu ke atas motor besarnya dan memakai helm fullface hitam miliknya. Kepalanya menoleh ke arah Azza dan mengulurkan satu tangannya.
" Ayo naik, mau sampe kapan berdiri di situ? "
" Hah? Ah, iya ini naik "
Azza tersadar dari lamunannya, perlahan ia mulai menerima uluran tangan Zriel. Dengan hati-hati Azza naik ke atas motor Zriel.
" Pegangan " ucap Zriel yang membuat Azza menatap elang itu bertanya lewat kaca spion.
" Gue sengaja gak bawa tas, biar lo nyaman dibonceng nya " ucap Zriel yang membuat Azza sadar jika laki-laki itu tidak menggendong tas nya.
" Pegangan, Azza " perintahnya lagi.
Dengan ragu, Azza menaruh kedua tangannya di pundak Zriel. Zriel yang merasakan kedua tangan Azza dipundaknya pun menatap Azza lewat kaca spion.
Setelah menyalakan mesin motornya, Zriel mulai menancap gas dan keluar dari basement meninggalkan pekarangan gedung apartemennya.
Saat sudah berada dijalan raya, Zriel meraih tangan kiri Azza yang bertengger manis di pundaknya untuk beralih melingkar di perutnya. Begitupun dengan tangan kanan Azza yang ia ambil untuk ikut melingkar diperut Zriel seperti tangan kirinya.