Pagi ini Azza kembali pergi sekolah bersama Ravell, bedanya kali ini Ravell menjemputnya dengan mobil. Katanya, pulang sekolah ia harus menjemput Maminya karna supirnya sedang cuti dan Papi nya yang sedang menjalani tugas bisnis di luar negri.
Semua orang menatap Azza yang baru saja keluar dari mobil bersamaan dengan Ravell. Lagi dan lagi Azza merasa yakin jika kini ia kembali menjadi bahan gosip warga sekolah nya.
Azza berjalan beriringan dengan Ravell kedalam kelas. Semua mata terus menatap ke arahnya sambil berbisik-bisik.
Bahkan hingga bel istirahat berbunyi pun Azza masih jadi topik hangat warga Garuda.
" Gue liat-liat lo jalan mulu sama Ravell, Za " ucap Reyn sambil menyantap makanannya.
" Lo deket Za, sama dia? " tanya Ana.
" Mana gak cerita lagi sama kita " timpal Yora.
" Gue cuma minta dia anter gue belanja, terus kemarin dia minta anter ke gue buat beliin ponakannya kado " jelas Azza.
" Tapi akhir-akhir ini lo kemana-mana bareng dia terus, Za " ucap Reyn.
" Jujur aja, lo lagi deket sama dia, Za? " tanya Reyn.
" Apaan sih? Enggak, gue gak lagi deket sama dia, kok " jawab Azza.
Azza lalu kembali fokus dengan acara makannya.
" Pulang pergi bareng Ravell, kadang pulangnya makan bareng dia, sampe bikin Ravell ke sekolah pake mobil hari ini, itu apa namanya kalo gak lagi deket? " tanya Ana.
Bukan tanpa alasan Ana menjadi sedikit lebih sensitif dari biasanya. Ia hanya sedang memastikan dan memerlukan penjelasan dari Azza.
" Jangan jangan dia suka lo lagi, Za. Atau jangan jangan lo lagi yang suka sama dia duluan? " tanya Reyn sambil menatap Azza dengan mata yang terbuka lebat.
" Gak mungkin dia suka sama gue. Lo semua harusnya lebih tau itu dari gue " ucap Azza.
" Tapi gue rasa, gak menutup kemungkinan kalo Ravell emang suka sama lo, Za. Dia gak pernah bawa mobil ke sekolah dari dulu. Ini pertama kalinya " timpal Yora.
Azza menatap satu persatu teman-temannya, " Dia harus jemput Maminya pulang sekolah nanti. Makanya dia bawa mobil " jelas Azza.
" Dia bahkan memperlakukan lo lebih dari sekedar temen, Za. Apa lo gak sadar? " tanya Reyn, menghiraukan penjelasan aja tadi.
Azza kemudian terdiam, apa yang teman-temannya katakan itu ada benarnya. Ia juga selama ini nyaman dengan Ravell dan juga dengan apa yang Ravell lakukan. Ia bahkan sempat menaruh harap pada laki-laki itu. Mungkin ia sudah mulai menyukai Ravell tanpa ia sadari.
' Gak mungkin kan dia suka sama gue? ' batin Azza.
" Dia orang nya emang ramah gak, sih? Ravell tuh emang baik ke semua orang " ucap Azza.
Reyn menatap Azza kesal, " Lo tuh beneran gak ngerti maksud kita, apa cuma menghindari topik obrolan, Za? " tanya Reyn.
Melihat Azza yang hanya diam, Reyn kemudian menaruh sendok nya di atas piring dan menatap ke arah Azza dengan serius.
" Nih, ya gue kasih tau. Dia emang baik, dia juga ramah. Tapi cara dia memperlakukan lo itu lebih dari cara dia memperlakukan orang lain pada umumnya " jelas Reyn.
Reyn semakin menatap Azza serius, " Inget waktu dia anter lo belanja bulanan? Terus selalu ngajak lo makan malem? Dia bahkan minta lo buat temenin dia setiap kemanapun dia pergi. Lo sadar itu gak, sih? " tanya Reyn.
" Dengan kata lain, dia punya banyak waktu luang buat lo. Dan dia pengen ngabisin waktunya bareng lo, dia mau lo selalu jadi bagian dari hari-hari yang dia lewatin. Lo ngerti gak sih, Za sebenernya, kok gue jadi greget ya " ucap Yora.