Setelah menerima pesan dari Rendy, Dinda meninggalkan kelas untuk menemui pacarnya. Namun, sesampainya di depan pintu, seseorang mencekal lengan Dinda dengan tergesa-gesa.
"Neni kenapa?"
"Rendy kelahi sama Bram."
Dinda membelalak. "Di mana? Kok bisa?"
"Belakang sekolah."
Kebingungan itu berubah menjadi kepanikan, Dinda mempercepat langkahnya menyamai Neni. Sesampainya di tempat kejadian Dinda tidak bisa untuk tidak terkejut dan khawatir. Rendy memukul Bram tanpa ampun, Bram juga berusaha melindungi dirinya dengan menghajar Rendy balik. Tidak ada yang berani melerai, mereka hanya menonton. Dinda paling tidak bisa melihat keributan, apalagi ini menyangkut orang yang dia sayang. Dinda berniat memisahkan tetapi, seseorang mencekalnya.
"Franky?"
"Jangan macem-macem, Din."
"Rendy lagi kelahi Frank, kenapa gak ada yang mau misahin."
"Biarin aja, lo gak usah ikut campur."
"Kenapa? Rendy pacar Dinda. Salah satu dari mereka bisa aja masuk rumah sakit, Frank." Dinda memberontak melepas cekalan, tentu saja Franky tidak melepaskannya. Hingga perhatian Franky jatuh pada suara jam pendeteksi detak jantung Dinda yang berbunyi. Dinda tanpa sadar memegang dada kirinya yang terasa nyeri. Franky berdecak, tanpa permisi cowok itu menggendong tubuh Dinda menuju UKS.
"Franky turunin Dinda!" racau Dinda.
Franky tidak menghiraukan meski menjadi pusat perhatian selama perjalanan menuju UKS. Sesampainya di UKS Franky membaringkan Dinda di brankar. Tidak ada yang berjaga saat itu jadi Franky meminta Sabrina untuk membawakan obat Dinda.
"Franky kenapa ngelarang Dinda pisahin Rendy sama Bram? Kalau mereka sama-sama masuk rumah sakit gimana?"
"Itu lebih bagus daripada lo yang sakit."
Dinda mengernyit. "Maksud Franky gimana?"
"Lo gak ingat pas gue kelahi sama Kelvin dulu? Lo nekat misahin tapi akhirnya gak sengaja kena pukulan gue? Lo tau rasa bersalahnya masih kebawa sampai sekarang. Kelvin kalau ngabisin orang kelewat kalap. Kalau lo gak sengaja kena pukulan mereka emang gak mikir masalahnya bakalan lebih panjang lagi?"
"Frank..,"
"Din, Rendy begitu juga ada alasannya. Bram aja yang berengsek."
"Emangnya Bram kenapa?"
"Biasalah masalah Aura."
Dinda menarik napas panjang. "Aura gak papa kan, Frank? Dia baik-baik aja?"
"Gak ada yang tau keadaan dia gimana. Rendy juga gak pernah cerita tentang Aura." Franky menatap Dinda, tatapan yang membuat Dinda merasa tidak nyaman. "Din, lo capek gak?"
"M-maksud Franky gimana?"
"Lo capek gak sih sama Rendy? Dari awal lo terus yang berjuang, lo yang memperbaiki semuanya, sedangkan Rendy? Dia gak pernah ngelakuin apa pun buat hubungan kalian." Jeda sejenak. "Gue bukannya mau menjelek-jelekkan Rendy, gue begini buat kebaikan lo. Mau sampai kapan jadi orang yang terus berjuang? Rendy begini gak cuma sekali dua kali, Din. Iya gue tau Rendy sayang banget sama lo, gue tau. Tapi lo yakin bakal terus mempertahankan cowok kayak gitu?"
Benar saja perkataan Franky merasuk tepat ke hati Dinda.
"Sebenarnya lo sama Rendy banyak bahagianya atau sakitnya?"
"Frank...,"
"Mau sampai kapan, Din?"
"Rendy itu temen Franky sendiri, lho!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...