"Dinda jadian sama Rendy."
Pernyataan itu membuat Sabrina yang tengah membereskan peralatan sekolah dan Feysi yang sedang bermain ponsel tercengang. Hening tercipta sebelum akhirnya suara tawa terdengar menggema di kelas yang hampir kosong. Tawa Sabrina paling keras, cewek itu sampai memukul-mukul meja saking sesaknya. Melihatnya Dinda merengut, sahabatnya pasti tidak percaya.
"Apa lo bilang tadi, Din? Lo jadian sama Rendy?" tanya Sabrina. "Halu, lo!" lanjut Sabrina diiringi tawa.
"Dinda Dinda, kayaknya rasa cinta lo itu udah overdosis tingkat nasional, ya. Kira-kira lah Din kalau bikin berita," timpal Feysi.
"Ihh, Dinda gak lagi halu! Dinda serius jadian sama Rendy. Tadi Rendy nembak Dinda!" ujar Dinda meyakinkan. Tapi percuma, mereka sama sekali tidak mempercayai itu. Seolah kalimat Dinda adalah sebuah penggalan naskah komedi yang mengundang tawa.
"Kalau emang bener lo pacaran sama Rendy, coba mana tuh cowok? Gue mau lihat dia nyariin lo atau enggak?"
"Oke lihat aja. Dinda suruh dia ke sini jemput Dinda."
Dinda mengambil ponsel dari saku bajunya. Tujuannya kali ini adalah menelpon Rendy. Dan semoga cowok itu mau membantu meyakinkan sahabat-sahabatnya bahwa mereka resmi pacaran.
Sekali
Tiga kali
Lima kali
Panggilan tidak direspon sama sekali. Hal itu membuat Dinda menggeram, meremas ponselnya erat. Tentu Sabrina dan Feysi lebih gencar mengejeknya.
"Udah lah Din gak usah kesel gitu, kita-kita gak papa kok dijadiin pelampiasan halu," ujar Feysi.
"DINDA GAK HALUUU!!!" teriak Dinda. Mentang-mentang Rendy gak pernah baik ke Dinda mereka langsung gak percaya sama berita mengguncang penuh fenomenal ini.
"Apaan dah teriak-teriak?" tanya seseorang yang baru memasuki kelas. Melihat siapa orang itu membuat ketiganya heran. Lebih dari itu, Sabrina sendiri sampai melotot kaget. "Dih, pada gitu amat ngelihatinnya. Merinding nih gue," tukas Franky lebay sambil beringsut sok dramatis.
"Ngapain lo ke sini?!" tanya Sabrina sinis. Gak ada lembut-lembutnya kalau ngomong sama Franky.
"Ngantar lo pulang lah. Lo pikir gue bakal biarin lo pulang sendiri sedangkan tadi pagi lo berangkat sama gue?"
Mendengarnya membuat Feysi menatap Sabrina terkejut, sorot matanya meminta penjelasan karena Sabrina tidak ada cerita sama sekali. "LO SERIUS BERANGKAT SAMA FRANKY, SAB?!" tanya Feysi histeris.
Sabrina menonyor kepala Feysi sembari menggosok telinganya yang terasa panas mendengar teriakan cewek tersebut. "Terpaksa!" jawabnya singkat, padat, dan tepat.
"Waahh, keknya bakal ada yang balikan, nih!"
"Balikan gundulmu!" cibir Sabrina.
"Jangan banyak tong seng, buruan pulang!" ajak Franky tak sabaran.
Sabrina mendelik tak suka. Tapi tetap saja cewek itu mengikuti Franky yang jalan lebih dulu meninggalkan kelas. Tapi baru sampai di ambang pintu Franky menghentikan langkahnya, hal itu membuat Sabrina yang tidak sempat mengerem menabrak punggung cowok jangkung tersebut.
Sabrina memukul bahu Franky keras. "Sakit bego!" cerca Sabrina sembari menggosok hidungnya yang terasa nyeri.
"Siapa suruh jalan di belakang gue," jawab Franky santai. Lalu cowok itu beralih menatap Dinda yang wajahnya tampak masam. "Oiya, lo ditungguin Pak Ketua di parkiran," ucapnya membuat orang yang ada di sana mengernyit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...