Kelvin melepas helm lalu menghadap Syila yang masih berdiri di sebelahnya.
"Makasih," ucap Syila, beranjak pergi tapi Kelvin mencekalnya.
Syila mengangkat sebelah alis. "Kenapa?"
Kelvin mengembuskan napas berat, memosisikan tubuhnya lebih nyaman lagi. "Sampai kapan lo mau ngehindarin gue?"
"Sampai lo berhenti ngejar gue."
"Kenapa lo sebegitu gak mau nya nerima cinta gue? Gue tulus Syil sama lo."
"Dari mana gue bisa nilai lo tulus kalau lo aja masih suka deketin cewek lain dan suka cari masalah sama orang lain?"
Kelvin beranjak dari duduknya, berdiri sambil bersedekap dada. "Itu alasan lo?"
"Ya."
"Bukan karena lo suka sama Rendy?"
Mata Syila membelalak, tau apa Kelvin tentang perasaannya ke Rendy? Selama ini Syila tidak pernah cerita ke siapapun tentang perasaannya.
"Jangan suka sembarangan deh kalau ngomong. Mana ada gue suka sama Rendy. Yang ada Dinda yang suka sama Rendy."
Kelvin memperhatikan Syila, matanya menyelidik intens manik mata cokelat terang milik Syila. Membuat Syila menelan ludah susah payah, takut kalau Kelvin mengetahui hal itu dan senang hati akan berbagi pada kembarannya.
Beberapa detik setelahnya Kelvin mengangguk berulang, menjentikkan jari dan beralih berkacak pinggang. "Iya gue tau itu, gak mungkin juga lo suka sama mayat hidup kek si brengsek."
"Kalau gitu berhenti ngejar gue, Vin. Di luaran sana banyak cewek-cewek yang lebih dari gue yang suka sama lo!"
"Kalau gue gak mau?"
"Gue yang akan jauhin lo."
-oOo-
Dinda menjambak rambutnya frustasi, berkali-kali dia mencoba menyelesaikan tugas dari Bu Eni tapi cewek itu masih belum mendapatkan jawaban. Bahkan lembar coretan yang tadinya putih bersih kini telah berganti menjadi mahakarya luar biasa dari angka-angka yang Dinda torehkan.
Di kelas ini hanya Dinda yang terlihat bersemangat mengerjakan tugas Matematika tersebut, sedangkan yang lain sibuk menjepak jawaban dari Gishell-peringkat satu kelas. Dinda tidak mau ikut-ikut cara curang itu, karena Bunda nya bilang, Dinda harus jadi anak yang jujur dan berusaha keras.
"Syila punya penghapus?" tanya Dinda.
Syila yang berada diujung kelas mengangguk. "Ada, cariin aja di tas."
Dinda membuka tas Syila yang berada di kursi sebelahnya. Mereka memang duduk bersebalahan dengan Feysi dan Sabrina yang duduk di depan mereka.
Selagi mencari benda yang dicari, tangan Dinda tak sengaja memegang sesuatu yang membuatnya penasaran. Matanya menyelidik barang tersebut dan mampu membuat Dinda mengernyit.
Kotak bekal. Mirip sekali dengan yang ada di laci Rendy. Awalnya Dinda ragu untuk mempercayai bahwa kotak itu sama seperti yang dia temui. Tetapi, sticky note yang tertempel bertuliskan quotes indah untuk Rendy membuat hati Dinda berdenyut.
"Ada gak, Din?" teriak Syila.
Dinda terkesiap, buru-buru menutup tas Syila dan merubah raut wajahnya. "Ada kok, Syil."
Dadanya terasa sesak seperti ada sengatan listrik yang menjalari tubuhnya. Dinda melirik kotak bekal yang ia siapkan untuk Rendy hari ini. Bekal yang ia siapkan pagi-pagi sekali.
"Dinda benar-benar gak tau kalau ternyata Syila suka sama Rendy. Kenapa Syila gak bilang itu sama Dinda? Kenapa Syila malah ngedukung Dinda buat dekati Rendy padahal dia sendiri suka sama Rendy? Syila sahabat Dinda, tapi Dinda juga gak mau kehilangan Rendy."
-oOo-
Mendengar bacotan bendahara kelas lagi-lagi membuat Rendy gemas, cowok dengan rambut acak-acakan itu berjalan menyusuri koridor menuju rooftop yang kali ini akan menjadi tempat istirahatnya. Menghalau kebisingan yang sedari tadi mengusiknya.
Pikiran Rendy kacau, sedari tadi cowok itu terus mengumpat tidak jelas. Sorot matanya lebih tajam dari biasanya. Franky dan Joey sendiri tidak tau kenapa Rendy bersikap seperti itu. Mereka hanya bisa mengangkat bahu jika ada yang bertanya perihal sikap Rendy.
Rendy memundurkan langkahnya, terkejut dengan kehadiran cewek di hadapannya tiba-tiba. Cewek itu tersenyum seperti biasa. Senyum yang mampu membius siapa saja.
"Minggir!" ketusnya, menyingkirkan Dinda dengan satu tangannya tapi cewek itu tetap tak beranjak.
"Rendy mau ke mana?"
"Bukan urusan lo!"
Dinda menghela napas, dia tau kalau Rendy ini tipe orang yang tidak suka ditanya-tanya.
"Dinda cuma mau kasih ini." Dinda menyodorkan kotak bekal yang ia siapkan pagi tadi, berisi sandwich karena hanya itu makanan simpel yang bisa dia buat.
Rendy melirik sebentar kotak itu lalu beralih menatap Dinda. "Lo makan aja."
"Tapi ini buat Rendy. Dinda udah siapin pagi-pagi banget demi Rendy."
"Gue minta?"
Dinda menggeleng. "Enggak."
"Yaudah."
Mengucapkan itu Rendy melangkah pergi, tapi lagi-lagi harus terhenti kala Dinda kembali memblokir jalannya. "Rendy gak mau cobain dulu, kah? Ini buatan Dinda sendiri, lho." Dinda kembali menyodorkan kotak tersebut, berkali-kali memohon agar Rendy menerima Dan berkali-kali juga mendapat penolakkan.
"Kejunya enak kok Ren, Galang aja suk—"
Brakk
Dinda menatap getir makanannya yang bercecer di lantai. Badannya bergetar menyaksikan Rendy menepis kotak bekal itu hingga jatuh. Mata Dinda mulai berembun, cewek itu berjongkok memungut kotak bekal serta makanannya. Sedangkan Rendy hanya menatap datar gerakan Dinda, dia masih tak percaya dengan apa yang dilakukannya barusan.
Dinda berdiri dengan pandangannya menunduk, air matanya sudah tidak dapat terbendung lagi dan dia tak mau menunjukkannya. "Dinda tau masakan Dinda gak seenak Syila, tapi kalau gak bisa nerima setidaknya tolak aja, jangan dibuang."
Dengan sedikit keberaniannya yang masih tersisa, kalimat itu lolos dari bibir mungil cewek tersebut. Setelah mengucapkan itu Dinda berlari pergi, dia sudah tak tahan untuk menangis keras.
Rendy masih diam tak bergeming, matanya menatap kosong dengan pikiran yang entah ke mana. Seolah raga dan pikirannya terlepas.
Kalimat Dinda terus memenuhi isi otaknya. Dia bilang 'tinggal tolak' lalu yang dilakukan Rendy tadi apa? Jual sate?
Tbc
Kalau Syila gak mau sama Kelvin, aku yakin kok di sini ada yang mau daftar jadi cewek kamu Vin. Tapi siap-siap aja kalau sering sakit hati. Kelvin kan buaya.
Rendy juga jahat bgt dah, niat Dinda kan baik, masa bekal dari Syila doang yang diterima. Jangan jangan...
Hust jangan gosip!
Oke, see you next part gaes!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...