Hari masih pagi tetapi cowok jangkung itu sudah berada di sekolah untuk mengambil flashdisk yang tertinggal di laci. Tidak ada isi apa-apa dalam flashdisk itu hanya saja Rendy takut jika flashdisk nya disalah gunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Sampai di ambang pintu langkah Rendy terhenti. Satu alisnya terangkat melihat seorang siswi mengeluarkan kotak bekal dari tas lalu meletakkan ke dalam lacinya.
Rendy jadi teringat kotak bekal yang sering ia temukan pagi hari dalam laci dan juga kotak bekal yang selalu dikirimkan ke tempat kerjanya. Apa cewek itu juga yang melakukannya?
Ekspresi Rendy masih seperti biasa, wajah terkejutnya hanya sekadar mengangkat alis kemudian semua kembali normal. Sepertinya cewek itu masih tak menyadari kehadiran Rendy. Hingga saat Rendy menghampiri barulah cewek itu memundurkan langkahnya terkejut.
Rendy menatap datar orang dihadapannya, sedangkan yang ditatap hanya menunduk menggigit bibir bawahnya.
"Lo ... Teman Dinda 'kan? Siapa nama, lo? Syila?"
Cewek itu mendongak memberanikan diri menatap Rendy yang masih menatapnya. Dia ... Syila Florenza. Yah, tidak bisa dipungkiri jika Syila menyukai Rendy. Sifat Rendy yang tertutup mampu membuat Syila penasaran dan jatuh hati pada The fridge runs tersebut.
Mengkhianati Dinda? Ini bukan kemauannya, justru Syila lebih dulu menyukai Rendy sebelum Dinda. Hanya saja Syila tak punya nyali untuk sekadar mengungkapkan rasa seperti yang Dinda lakukan. Syila hanya bisa diam dalam kepedihan seorang diri. Jangankan mengungkap rasa, untuk cerita ke orang lain saja dia tak sanggup.
Detik selanjutnya Rendy dibuat terkejut dan kali ini ekspresinya berbeda. Dia mengernyit melihat Syila yang menangkupkan kedua tangan sembari memohon kepadanya.
"Gue mohon Ren jangan kasih tau ini ke Dinda, gue gak mau Dinda salah paham dan bikin persahabatan kita hancur. Selama ini gue cuma bisa kagumi lo doang gak lebih. Karena gue lebih pentingin persahabatan dibanding percintaan. Jadi, gue mohon, jangan kasih tau Dinda."
"Yang ngirim ke tempat kerja gue itu lo juga?"
Masih menangkupkan tangannya Syila mengangguk. Ingin rasanya dia pergi ke planet lain untuk menghindari rasa malunya ini. Serasa tak punya wajah lagi untuk Syila menampakkan diri.
"Tau dari mana gue kerja?"
"Gu-gue ngikutin, lo."
"Apa yang lo tau tentang gue?" tanya Rendy. Bukannya apa Rendy menanyakan hal itu, dia hanya tak mau jika orang lain tau tentang privasi kehidupannya, terlebih lagi keluarga. Selama ini Rendy menutupi itu, dan kalau sampai cewek ini tau, entahlah masalah apalagi yang akan dia lewati.
"Gue tau alamat kost-kostan, lo," jawab Syila hati-hati, suaranya melirih menahan gugup.
"Lagi?"
"Dan ... tempat tongkrongan, lo. Cuma itu yang gue tau, selebihnya gak ada lagi."
Untuk pertama kali dalam seminggu Rendy menampilkan senyum smirknya. Menanggapi hal gila yang dilakukan cewek tersebut. Menurutnya, Syila lebih parah dibanding Dinda. Dan anehnya, dia tak tau itu. Walau perasaan lega seketika muncul. Yah, segila apapun cewek itu setidaknya tidak sampai tau latar belakang Rendy yang ... Kelam.
"Lo tau? Lo itu cewek ketiga yang ngusik hidup gue. Pertama nyokap, kedua Dinda dan gue harap lo yang terakhir."
Tak menutup kemungkinan jika sifat Rendy yang seperti ini mampu menjadikannya seseorang yang paling ditakuti di sekolah. Wajah tampannya tak menarik minat kaum hawa untuk mendekati Rendy seperti yang dilakukan ketiga cewek di atas. Mereka hanya bisa mengagumi dalam diam dan tak melakukan apapun. Jadi tak heran jika seorang Rendy Arselio lewat diantara para murid maka mereka akan langsung diam sembari menunduk. Tak segan juga ada yang langsung pergi karena takut oleh tatapan sang The fridge runs tersebut. Kecuali, teman sekelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Подростковая литература[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...