CHAPTER NINE | FIGHT 2

2.7K 171 0
                                    

Cowok berpenampilan acak-acakan itu berjalan menuju rooftop sekolah. Darah segar yang mengalir dari pelipisnya tak ia hiraukan karena yang terpenting ia pikirkan adalah menemui seseorang yang membuat hatinya panas.

Di belakang cowok itu sudah ada beberapa teman-temannya yang mengikuti dengan tampilan tak jauh berbeda darinya.

Napasnya memburu menahan amarah, hingga cowok itu berhasil sampai di hadapan orang yang dia cari cowok itu menarik kerah bajunya erat, membuat orang itu maju lebih dekat.

"Mau lo apa hah datangin geng gak berguna lo itu ke sini? Lo mau ngehina gue dan nunjukin kalau kalian adalah gengster hebat tanpa melawan pun musuh sudah lari?"

"Maksud lo apa?"

Kelvin mendengkus mendengar jawaban Rendy, seolah-olah cowok itu tak tau tentang apa yang dilakukan anggotanya.

"Secara gak langsung lo ngerendahin geng kita, bitch!"

Bugh!

Pukulan telak Rendy dapatkan di wajah tampannya. Ia tak sempat menghindar karena pukulan Kelvin yang tiba-tiba.

"Berengsek! Kita udah bantuin bukannya bilang terima kasih malah ngelunjak kayak gini. Dasar sampah!" Amarah Franky memuncak. Sebenarnya tadi Franky sudah sangat malas untuk mendatangkan geng nya karena takut hal ini terjadi. Ya, selain mendapat musuh baru pasti mereka akan mendapat masalah baru. Seperti ini contohnya. Tetapi, setelah mencerna ucapan Rendy tadi ada benarnya juga. Korban bukan hanya Zeleon, tetapi murid lain juga. Alhasil Franky menyuruh teman-temannya datang seperti tadi.

"Kita gak butuh bantuan kalian!"

Rendy menarik napas dalam, mengumpulkan kesabaran untuk tidak menghajar orang dihadapannya. "Gak usah ge'er. Alatas datang bukan buat bantu kalian. Tapi nolongin murid sekolah yang terancam keselamatannya."

Perkataan itu bak samurai yang menohok kerongkongan Kelvin. Cowok itu melepas cengkramannya dan menjatuhkan pandangan tajam tanpa berkata-kata.

"Kalau Alatas berniat untuk ngebantu elo udah pasti Alatas ikut tawuran. Tapi, Alatas datang cuma mejeng di motor doang gak ngapa-ngapain. Musuh lari ya bukan salah Alatas dong?"

Franky dan joey menampilkan senyum smirknya tanda menyetujui ucapan Rendy yang terbilang cukup langka ini. Dan tak butuh waktu lama cowok itu langsung bergegas pergi dengan kekesalan di hati. Sedangkan ketiga cowok yang ditinggal hanya menatap kecut kepergian mereka.

"Lain kali kalau kelahi otak jangan lupa dibawa, bang!" teriak Joey.

"Kayak lo punya otak aja!" balas Rendy santai.

"Anjir lo! Eh, betewe, lo belajar kosa kata di mana bisa ngomong panjang-panjang begitu? Sariawan lo udah sembuh?"

Rendy menaikkan satu alisnya menatap Joey. "Hm."

"Sialan kumat!"

-oOo-

Entah sudah keberapa kalinya Kelvin memasuki ruangan serba putih ini. Luka di wajah maupun di sekujur tubuh bak menjadi hiasan tersendiri.

Berkali-kali juga Kelvin mengaduh sakit kala cewek di hadapannya ini mengobati lukanya, membuat cewek itu jengah sendiri karena dia tau kalau Kelvin cuma pencitraan.

"Aww ... Pelan-pelan, Syil."

"Ini juga sudah pelan."

Jika boleh jujur, sebenarnya Syila malas sekali untuk mengobati luka Kelvin ini. Bukan karena tak kasihan tetapi, mengingat sifat Kelvin yang selalu menggodanya membuat Syila geli.

Dinda lah yang menyuruh Syila untuk mengobati Kelvin karena katanya cewek itu ada urusan. Entah urusan apa Syila tak tau karena setelah mengucapkan itu Dinda langsung pergi begitu saja.

"Lo tuh gak capek apa masuk ruang BK berkali-kali?" Syila berucap saat selesai mengobati luka cowok tersebut.

"Capek sih pasti tapi, kalau gue gak masuk ruang BK mereka kerja apa? Enak banget mereka mau makan gaji buta!"

Sontak ucapan itu membuat Syila heran sendiri. Ternyata pikiran cowok itu kritis sekali dan ada benarnya juga.

"Gak kasihan sama muka lo?"

Kelvin memegangi wajahnya. "Kenapa? Makin ganteng ya?"

Syila berdecak sepertinya ia salah bertanya.

"Gak papa sih kalau lo gak mau ngakuin, setidaknya nenek gue masih ngakuin itu."

"Bisa berhenti bercanda?"

"Emang lo nya mau diajak serius?"

Ya Tuhan, berilah kesabaran pada Syila untuk menghadapi spesies manusia yang satu ini. Otak Kelvin sepertinya konslet kegeser lemparan batu tadi.

"Jangan lakuin hal konyol kek tadi, Vin. Banyak yang khawatir sama lo."

"Aku juga sayang sama kamu."

Syila mendengus, mengelus dadanya sesabar mungkin. Mengacuhkan Kelvin yang tersenyum ke arahnya. Senyum tulus yang entah kenapa membuat hati Syila berdesir.

Manis.

















TO BE CONTINUED

Jangan lupa tinggalkan VOTE and KOMEN ya gaes!

Aku juga butuh semangat dari cerita yang aku buat ini.

Oke, see you next part gaes!!!

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang