CHAPTER SEVEN | BECAUSE OF ONLINE GAMES

3.1K 187 4
                                    

Kelvin menenteng kresek makanan ke kamar Dinda. Ini adalah kali ke tiga ia bolak balik keluar kompleks untuk mencari makanan demi sang kembaran. Entah ada apa dengan cewek itu, sedari tadi marah-marah terus kerjaannya. Mana permintaannya aneh-aneh pula, dari; rujak, siomay, batagor dan sebagainya.

"Nggak meledak perut, lo?" sindir Kelvin melihat Dinda tak ada hentinya mengunyah.

"Biarin, yang penting Dinda seneng."

Kelvin duduk di kasur Dinda, menatap sekilas layar laptop yang menampilkan serial drama yang banyak digemari kaum Hawa. Kelvin mendelik. "Drama modal tampang doang, dikit-dikit nangis, dikit-dikit ciuman. Kalau modal tampang mah gue juga bisa langsung terkenal."

"Kelvin kalau gak tau apa-apa mending diam aja, jangan menghina Bias Dinda. Dinda aja gak pernah menghina Doraemon Kelvin!"

"Menjatuhkan martabat gue banget, lo."

"Emang begitu kenyataannya."

Kelvin tak melanjutkan ucapannya. Ia mengambil ponsel dari saku celana lantas menggeser layar terima.

"Woy, kumpul monyet, telat mulu kerjaan lo!"

"Di mana?"

"Tempat biasa."

"Oke."

"Cep"

Belum sempat Galang menyambung kalimatnya Kelvin lebih dulu memutus sambungan telpon, ia sangat malas jika harus di suruh cepat-cepat apalagi dicereweti.

"Mau ikut gue gak?"

Dinda menoleh ke arah Kelvin, menatap sejenak lalu kembali fokus ke laptopnya. "Gak."

"Belum juga tau mau diajak ke mana udah gak mau aja."

"Paling juga beli cireng."

"Yaudah kalau gak mau, di rumah sendiri."

Mengucapkan itu, Kelvin bergegas keluar kamar, meninggalkan Dinda seorang diri di rumah. Bundanya sedang menemani sang Ayah yang bekerja di luar kota, sedangkan Fendy ada di rumahnya sendiri.

Fendy memang masih kuliah semester tiga, tapi berkat uang tabungannya ia bisa membeli rumah sendiri dengan alasan ingin mandiri.

Dinda mengedarkan pandangan ke seisi kamar, entah mengapa hawa nya menjadi tidak menyenangkan.

Abangke: kata Galang kamar lo ada huyung lagi migrasi

Dinda melotot, menelan salivanya alot membaca pesan dari Kelvin. Jika sudah seperti ini ia tak akan berani.

"Huaa... Kelvin tungguin Dinda!"

-oOo-

Seusai melepas helmnya Dinda bergegas menyamakan langkah Kelvin yang berjalan meninggalkannya. Ocehannya terus keluar mengumpati Kelvin, bisa-bisanya dia meninggalkan Dinda di parkiran sendirian.

Kali ini mereka sedang berada di kafe, entah ada urusan apa Kelvin mengajak Dinda ke sini, tumben saja jika dilihat. Karena yang Dinda tau Kelvin itu lebih senang nongkrong di tempat gelap atau basecamp geng nya itu, mentok-mentok juga paling di tepian Mahakam.

Beberapa langkah memasuki kafe Dinda menghentikan langkahnya, menelan salivanya alot kala melihat sang the fridge rans—Rendy Arselio tengah duduk berkumpul bersama anak-anak lain. Di sana ada Zeyn dan Galang, berarti Kelvin akan bergabung bersama mereka.

"Kelvin," panggil Dinda menarik lengan Kelvin membuat cowok itu mau tak mau menghentikan langkahnya.

Kelvin menatap Dinda dengan sirat mata bingung. "Apa lagi, Ice cream? Batagor? Cireng? Cendol? Onde-onde? Gado-gado? Di sini gak ada makanan begituan, noh di warteg seberang jalan, beli sendiri."

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang