CHAPTER TWENTY FIVE | ARDA LUCCAS NUGRAHA

2.4K 144 1
                                    

Dinda mengerjapkan mata berulang, menyesuaikan cahaya lampu yang menerangi ruangan. Kepalanya masih terasa sakit, juga tubuhnya terasa lemas.

"Bangun juga, lo."

Mendengar suara asing itu membuat Dinda berubah posisi menjadi duduk. Dilihatnya seorang cowok menghampiri membawa nampan berisi minum dan beberapa obat-obatan. Dinda meringkuk takut. "Lo siapa?" tanya Dinda memberanikan diri.

"Lupa sama gue?"

Cowok itu duduk di kursi tak jauh dari ranjang. Dinda memperhatikan, mencoba mengingat sampai akhirnya membelalak. "Lo, cowok yang waktu itu kelahi sama Rendy kan? Yang buat Dinda jatuh terus luka?"

Cowok itu tersenyum miring. "Gue Arda. Untuk yang waktu itu gue minta maaf, gue gak sengaja."

"Ada urusan apa Arda bawa Dinda? Arda mau apain Dinda? Dinda mau pulang, Dinda gak mau di sini, Dinda gak mau bikin orang rumah khawatir."

Arda. Begitu orang-orang memanggilnya. Cowok dengan ciri khas ikat kepala itu merupakan ketua dari geng motor—Garuda. Salah satu musuh terbesar Alatas setelah Zeleon.

"Gue gak bakal ngapa-ngapain, lo. Gue cuma mancing Rendy ke sini, secara dia selalu menghindar dari Garuda."

Dinda mengernyit. "Maksud Arda gimana sih?"

"Mancing Rendy sekaligus adu domba Alatas sama Zeleon," ucapnya setelah itu Arda tertawa puas. Puas karena berhasil membuat cewek di hadapannya ini ketakutan.

Tapi, apa ini? Bukannya takut Dinda malah tersenyum sumringah, cewek itu menatap Arda penuh kebahagiaan.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu?"

"Dinda senang aja karena dengan begitu Dinda bisa tau Rendy benar-benar perduli sama Dinda atau enggak. Kalau Rendy cariin Dinda itu tandanya dia perduli sama Dinda, takut Dinda kenapa-kenapa. Wah, senangnya," ucap Dinda sembari menutup mata membayangkan betapa romantisnya jika nanti Rendy berusaha mencarinya.

Mendengarnya Arda bergidik ngeri, dimana-mana orang diculik itu takut, terus nangis, ini malah kesenengan. 'Gue baru tau kalau kembaran Kelvin sebego ini'

"Minum gih obatnya, biar pusing lo cepet hilang."

-oOo-

Rasanya benar-benar membingungkan. Sampai pagi menjelang pun Dinda belum juga ditemukan. Kelvin frustrasi, ia sudah menemui kakaknya—Fendy Arga Hilton tapi nyatanya Dinda juga tidak ada di sana. Kabar hilangnya Dinda membuat Fendy ikut khawatir pasalnya, adik-adiknya adalah tanggung jawabnya selama orang tuanya bekerja.

"Lapor polisi aja gimana?" tanya Fendy.

"Bahaya kak, Ayah sama Bunda bisa tau masalah ini. Takutnya malah bikin mereka cemas dan khawatir, apalagi Bunda."

Fendy mengangguk, benar juga yang dikatakan sang adik. Hah, dia semakin bertambah bingung. Semalaman Kelvin tak bisa tidur, hari ini pun dia tak ada niat bersekolah, fokusnya hanya untuk sang kembaran.

"Lo mandi dulu sana biar seger, masalah Dinda ntar kita pikirin lagi."

Sesuai intruksi Fendy, Kelvin bangkit dari duduknya untuk mandi. Badannya juga sudah terasa lengket dan gerah.

-oOo-

"Dinda hilang?!"

"Huss! suara lo, Sab."

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang