CHAPTER TWENTY EIGHT | BACK HOME

2.6K 149 8
                                    

Sudah seminggu hilangnya Dinda. Cewek berambut hitam panjang sepinggang itu tak bisa diam saja. Rasa bersalah terus menyelimuti sembari berandai 'andai waktu itu gue gak tinggalin Dinda sendirian', 'andai waktu itu gue antar dia pulang dulu' dan andai-andai lainnya. Meski Syila sadar, tak ada guna jika dia terus berandai.

Memakai sweeter biru dipadu celana jeans putih Syila mengendarai mobilnya untuk ikut mencari Dinda. Ia akan bergabung bersama anak Zeleon bersama Feysi dan Sabrina yang lebih dulu sampai di sana.

Menempuh waktu hampir lima belas menit akhirnya Syila sampai di markas Zeleon, beruntung pagi ini kota Samarinda tidak sedang macet jadi Syila bisa lebih cepat sampai. Cewek itu berjalan cepat menemui teman-temannya yang sudah menunggu, gerimis yang turun pun tak ia hiraukan sama sekali.

"Maaf gue telat." Kalimat pertama yang Syila ucapkan saat sampai di sana.

"Santai aja, nih lap dulu muka, lo." Sabrina memberikan tissue pada Syila guna mengelap wajahnya yang basah terkena gerimis barusan.

"Makasih," menerima tissue tersebut. "Kelvin belum datang?" tanyanya, ia tak melihat keberadaan Kelvin di sini.

"Cie nyariin, mulai tumbuh blubub-blubub nih keknya," goda Galang disertai senyum mengejeknya, kemudian diikuti kekehan dari anak-anak lain.

Syila mendengkus. "Lo gak ngolokin gue sehari mati kali ya, Lang."

Galang mengangkat bahu tak acuh. "Piye neh, gak ada Dinda gak ada yang bisa gue jailin lagi. Hmm, kangen gue sama tuh bocah."

Spontan Zeyn melayangkan pukulannya di bahu Galang, cowok itu memasang raut wajah masam. "Lo temen gue. Gak ada kangen-kangenan sama gebetan gue."

"Kayak yang Dinda mau sama lo aja," cibir Willi, diikuti tawa mengejek dari anak-anak lain. Jangan lupakan bahwa Zeyn adalah bahan bulian anak Zeleon, sikapnya yang antabur menjadi sasaran empuk teman-temannya. Meskipun begitu, Zeyn tetap sabar menerima, dia tau jika mereka hanya bercanda.

Setelah melewati perbincangan yang cukup panjang akhirnya orang yang ditunggu datang juga. Cowok berjumper abu-abu itu turun dari motor sembari merapikan rambutnya yang berantakan selepas memakai helm. Ia sedikit berlari menghindari gerimis yang hampir membasahi tubuhnya.

"Wih, Pak Bos udah datang," seru Zeyn.

Refleks Syila mengikuti arah pandangan cowok tersebut dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Kelvin sudah berdiri di sampingnya. Aroma mint menyeruak ke indera penciumannya, Kelvin begitu khas dengan aroma mint tersebut.

Melihat Kelvin yang mengelap wajahnya mengenakan tissue menarik perhatian Syila untuk memperhatikan. Wajah cowok itu sedikit pucat ditambah kantung matanya yang menghitam seperti orang yang kurang tidur. Syila tau, Kelvin pasti kelelahan setelah hampir seminggu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencari sang kembaran.

Merasa diperhatikan Kelvin menoleh ke samping, dahinya ikut mengernyit tidak menyadari kehadiran cewek yang disukainya itu di sini. "Ngapain lo ke sini?"

Syila gelagapan, ia memang tak memberi tau Kelvin jika akan ikut mencari. "Gue mau ikut cari Dinda."

Kelvin mengarahkan tubuhnya menghadap Syila. "Gak usah, mending lo pulang, bahaya."

Syila menggeleng. "Sebahaya apapun itu gue tetep mau ikut."

"Gue juga," tukas Feysi.

"Gue juga," timpal Sabrina sembari mengacungkan jari telunjuknya. Menunjukkan bahwa mereka bersungguh-sungguh untuk membantu mencari Dinda.

Kelvin menatap para sahabatnya meminta penjelasan, tapi mereka bersikap seolah tak tau dengan hal ini. Padahal Kelvin yakin kalau ini adalah kerjaan mereka.

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang