CHAPTER FOUR | TSUNDERE

4K 208 19
                                    

"Suka boleh. Bego jangan!"

-oOo-


Bel pulang telah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu tetapi, masih ada saja murid yang berdiam di kelas atau sekiranya membereskan peralatan sekolah.

Seperti yang dilakukan Zeyn dan Galang. Menopang tangan di pinggang menatap Kelvin yang masih sibuk mengerjakan tugas Geografi yang harus dikumpul pulangan ini juga.

"Base camp Zeleon diserang!"

Pandangan ketiganya teralihkan pada salah satu anggota Zeleon dari kelas lain yang datang dengan informasi menggemparkan.

"Seriusan lo?" tanya Galang panik.

"Serius! Bang Rafiq tadi yang ngasih informasi, beruntung aja ada sebagian anak yang jaga di sana!"

Kelvin melempar pulpennya, menggebrak meja dan langsung memakai jaket kebanggaan Zeleon. Mengambil tas dan membiarkan buku tugasnya tergeletak begitu saja.

"Kenapa gak ngabarin dari tadi bego?" tanya Kelvin.

"Gue aja baru tau! Tadinya anak-anak pada mau langsung ke sana, tapi kata Bang Rafiq musuh nyebar di sekitar jalan mau ke base camp, terutama sekolah, mereka nyari elo!"

"Suruh mereka kumpul parkiran, kita ke sana bareng-bareng."

"Dinda gimana, Vin? Gue dapet notif katanya mereka ngincar Dinda juga buat jadi tawanan," tukas Galang baru membuka ponselnya.

Kelvin berdecak. "Sialan!!"

Kelvin langsung melenggang pergi diikuti Galang, Zeyn dan Fikri dibelakangnya. Sedangkan Rendy, Joey, dan Franky yang memang masih berada di kelas hanya menikmati kejadian tadi diiringi senyum kesenangan dan hati yang bersorak. "Mampus. Rasain. Kuapok."

-oOo-

"Lo pulang sama temen-temen lo!" perintah Kelvin dengan sorot mata tajamnya, membuat Dinda mengernyit tak paham.

"Emang Kelvin mau ke mana? Kenapa Dinda harus pulang sama teman-teman, kenapa gak sama Rendy? Tumben gak nyuruh Galang? Terus kalau sama tem—"

"LO NURUT BISA?" ketus Kelvin. Jika Kelvin sudah seperti ini Dinda tak dapat berbuat banyak. Nyalinya ciut dan tak berani melawan, pasti ada sesuatu dengan cowok tersebut.

Dinda menunduk. "Iya Kelvin."

"Fey, lo bawa mobil kan?"

Feysi yang berada di samping Dinda mengangguk.

"Bawa Dinda ke rumah lo. Ntar gue jemput!"

"Asyiap," tukas Feysi memberi hormat.

"My beb Dinda jaga keselamatan ya, jangan keluar mobil kalau ada sesuatu di jalan, atau gak langsung telfon abang Zeyn aja, dipastikan gak sampe satu jam abang Zeyn udah nyampe."

"Jijik Zeyn," cibir Sabrina tak suka.

"Lo juga Syil, ikut bareng mereka. Jangan pulang sendiri, paham?!"

Syila mengangguk, meskipun ia tak tau apa yang terjadi sebenarnya. Lagipun, main ke rumah Feysi bukan suatu masalah.

Setelahnya Kelvin beranjak pergi, langkahnya terburu-buru membuat Dinda semakin yakin pasti Kelvin akan melakukan adu jotos.

***

Selama perjalanan pulang suasana mobil Feysi masih sama seperti biasa. Selalu ribut jika ada ketiga temannya, apalagi Sabrina, manusia cerewet yang berpadu oleh celotehan Dinda sangat mampu memberi kebisingan luar biasa. Bersyukur, Syila adalah tipikal cewek kalem, jadi dia tak banyak bicara dan memilih menyimak saja.

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang