Melihat wajah Dinda murung hari ini membuat ketiga sahabatnya bingung. Senyum dan suara cemprengnya hilang membuat Feysi dan Sabrina menggeleng sembari memperhatikan cewek yang baru datang itu.
"Kenapa lo? Kesambet?" tanya Sabrina.
Dinda menggeleng, tangannya bergerak mengambil ponsel disaku bajunya lantas menggulir layar memainkan akun sosial medianya.
"Pasti kelahi sama Kelvin lagi, ya?" tebak Feysi yang langsung mendapat acungan jempol dari Dinda. Benar yang diucapkan Feysi, semalam mereka tengah bertengkar hebat karena Kelvin yang merebut paksa laptop Dinda saat tengah menonton drama Korea kesukaannya. Alasan sudah malam Kelvin ucapkan membuat Dinda kesal setengah mati.
Dinda bercerita diikuti mimik wajah kesalnya yang justru membuat para sahabatnya terheran.
"Itu tandanya kakak lo peduli. Bukannya seneng malah kesel kayak gini," ujar Sabrina diikuti anggukan setuju dari Feysi dan Syila. Membuat Dinda bertambah kesal karena mereka lagi-lagi membela kembarannya itu.
"Tau deh, Dinda pusing."
Mendengar itu Sabrina mengangguk, bersandar di kursi sembari ikut bermain ponsel.
Dalam keheningan yang terjadi tiba-tiba saja Dinda teringat sesuatu, tangannya menggebrak meja membuat seluruh murid di kelas tertuju ke arahnya. Sabrina yang gemas langsung mendaratkan pukulan dibahu cewek tersebut dan yang dipukul mengaduh sakit.
"Ngagetin lo anjir!" teriak Reno, teman sekelasnya yang duduk dipojok kelas bersama teman-teman yang lain. Bersamaan itu juga Dinda membuat peach dengan kedua jarinya tanda ampun.
"Kenapa sih?" tanya Feysi.
"Kemarin Bu Dahlia bilang sama Dinda kalau sebentar lagi sekolah akan ngadain pensi. Dan kalian tau? Grup dance kita ditunjuk untuk tampil."
Sontak ucapan itu membuat kedua sahabatnya memekik kegirangan. Feysi menghentikan aktivitas mengikis kukunya sembari melebarkan mata.
"Kenapa baru bilang, bego!" ketus Sabrina. Ya, Sabrina memang cewek ceplas-ceplos. Jarang berpikir panjang jika berucap.
"Ihh, Dinda aja dikasih tau Kelvin. Kelvin dikasih tau Pak Gani selaku cem-cemannya Bu Dahlia."
"Demi apa, gue gak sabaran untuk tampil. Gilaaaa harus latihan ekstra giat lagi, nih," timpal Feysi.
Lain halnya Dinda, Feysi, dan Sabrina yang bersemangat. Justru Syila terlihat memelas dan menarik napas berat. Ia sama sekali tak ada semangat tampil untuk saat ini. Terlebih lagi dihadapan Rendy. Selepas kejadian waktu itu Syila mulai memberi jarak untuk kedekatannya dengan Rendy. Entah karena apa tapi dia merasa minder saja.
"Kenapa, Syil? Kok gak semangat gitu? Jangan bilang lo gak mau ikut tampil?" tebak Feysi.
"Ehh, awas aja sampai lo begitu. Kita udah latihan 45 lo malah gak semangat begini."
Syila menghela napas berat, senyum paksa ia kembangkan. Ia tak boleh egois seperti ini. Kasihan sahabat-sahabatnya yang sudah bersemangat. "Enggak kok. Ntar kita sama-sama latihan untuk performance yang terbaik."
Dinda mengacungkan jempolnya. "Mantap dah kalau begitu."
Prangg
Braakk
Suara riuh seketika mendominasi isi sekolah. Banyak murid yang langsung berhamburan ke luar kelas berlari mencari perlindungan atau sekiranya melihat apa yang tengah terjadi.
Dinda dan ketiga sahabatnya ikut cemas melihat para murid yang berlarian. Jantung seketika berdetak hebat diikuti pandangan yang mengabur.
"Pada kenapa sih?" tanya Sabrina bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...