"Aaaaakuuuu ingin kau menerima seluruh hatiku. Aku ingin kau mengerti dijiwaku hanya kamu. Namun bila kau tak biasa menerima aku. Lebih baik kuhidup tanpa cintaaa."
"Joeeyy, bisa gak sih buat gak ngeluarin suara mengganggu Lo itu di sini?" eluh Sabrina.
"Terganggu sama suara gue atau lirik lagunya yang ngena di hati?" kata Joey terkekeh.
"Enggak lah, sembarangan kalau ngomong."
"Tunggu-tunggu, kayaknya personil Lo kurang satu. Si cempreng ke mana?" tanya Franky.
Ketiga cowok yang tengah santai-santai di koridor saat jam istirahat ini baru sadar kalau ada yang kurang dari cewek-cewek yang dicegah Joey.
"Urusan apa Lo tanya-tanya Dinda? Naksir? Suka? Kangen? Jeehh, awas ditikung Lo, Ren," kata Sabrina pada Rendy yang sedari tadi hanya memperhatikan. Duduk di kursi sembari mengangkat kaki kanan bertumpu pada kaki kiri.
"Kenapa lo, cemburu? Takut pesona Lo dikalahin Dinda?"
"Cemburu buat apaan? Gue sadar kali di antara Lo sama Joey yang paling berpotensi nikung sahabat sendiri itu Lo!" tunjuk Sabrina pada Franky.
"Sudah-sudah. Ibu dan Bapak kalau ada masalah keluarga jangan dibawa-bawa ke sekolah dong. Selesai kan baik-baik di rumah dengan kepala dingin. Tambah sirup biar makin seger," ujar Joey.
"Balikan aja udah," kata Feysi.
Franky dan Sabrina mendelik bersamaan.
"Sampai Markonah sama Juminten tayang di TV juga gak akan gue balikan," ujar Sabrina.
"Gaya Lo udah kayak paling iye-iyenya aja. Nangis-nangis Lo lihat gue sama Lisa black pink."
"Mimpi lo ketinggian!" seru Sabrina.
"Dinda ke mana?" tanya Rendy tiba-tiba. Membuat Sabrina, Feysi, Syila, Franky dan Joey menoleh.
"Dulu aja bilangnya 'jangan ganggu gue', 'Gue gak suka sama lo', 'Gak akan gue mau sama lo'. Ehh... Sekarang ditinggal bentar aja udah bingung nyariin. Ngakak boleh gak sih?" kata Feysi.
"Bener-bener. Ngomongnya begini," Joey berdehem berdiri tegak dengan meniru ekspresi Rendy. "Gak usah ganggu gue bisa?"
"Bacot, Lo!" ujar Rendy menjitak kepala Joey dan Joey hanya cengengesan.
"Bukannya Dinda ketemuan sama lo ya tadi?" ujar Syila akhirnya bersuara.
Rendy menoleh, dahinya mengernyit. "Kapan?"
"Jam pelajaran selesai dia langsung keluar buat ketemuan katanya."
Rendy tidak ingat akan bertemu dengan cewek itu. Ia mengecek saku celana mencari ponsel. Sial, ponselnya ketinggalan di kelas.
"Hayoloh, cewek Lo mau ketemuan sama siapa? Jangan-jangaaaaan."
"Berisik!" ketus Rendy memberi tatapan tajam pada Joey yang terus menggodanya.
"Ketemu di mana?" tanya Rendy.
"Yeee, yang buat janji kan elo kok malah nanya kita," ujar Sabrina.
"Gak nanya elo."
Sabrina bersungut kesal. Dari awal juga cewek itu tidak menyukai Rendy. Sama seperti Franky mereka kalau ketemu ribut terus. Bedanya Rendy tidak menanggapi itu.
"Gak tau dimana. Soalnya Dinda gak ngasih tau."
***
"Berdiri di sana sampai jam istirahat selesai!" perintah Pak Hadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...