CHAPTER FIFTEEN | JEALOUS

2.4K 164 1
                                    

Melihat Dinda menangis seperti tadi membuat Syila, Sabrina, dan Feysi heran. Berkali-kali mereka bertanya apa yang terjadi tetapi Dinda enggan menjawab sembari menelungkupkan kepala di meja dan menangis keras. Bahkan sampai pulangan ini pun Dinda masih tak mau bercerita.

Sabrina beranjak dari duduknya mendekati Dinda. Meski tangisnya sudah mereda tetap saja dia penasaran. "Bilang sama gue kenapa lo nangis kek tadi?"

Lagi-lagi Dinda menggeleng, membuat Sabrina berdecak sambil berkacak pinggang. "Masalah Kelvin atau Rendy?"

"Atau Galang jahilin lo lagi?" timpal Feysi tak kalah penasaran.

"Gak ada apa-apa kok, Dinda pulang duluan ya," ucapnya melengos pergi. Meninggalkan tiga sahabatnya yang masih dilanda penasaran tinggi. Dinda tidak mau buat masalah. Karena belajar dari pengalamannya, jika Dinda nangis seperti tadi karena orang lain dan dia bercerita terlebih ke Sabrina. Maka cewek itu tak segan untuk ngebacotin orang yang membuat Dinda menangis, atau lebih parahnya lagi, mereka akan melaporkannya ke Kelvin. Jika Kelvin sudah ikut campur, urusan semakin rumit kek sinetron tv.

Pernah sekali Dinda diganggu oleh kakak kelasnya bernama Hildan. Termasuk cowok berandal yang memaksa Dinda untuk menjadi pacarnya. Tentu Dinda menolak mentah-mentah ajakkan itu tapi, siapa sangka jika Hildan sampai membentaknya. Membuat Dinda sakit hati dan menangis. Saat Dinda bercerita pada sahabat-sahabatnya ternyata mereka malah membeberkannya ke Kelvin. Membuat cowok itu emosi dan menghabisi Hildan menit itu juga.

Seseorang menarik tas gendong Dinda. membuat Dinda mau tak mau harus memberhentikan langkahnya. Mata Dinda membelalak tajam, namun setelahnya ia mencoba menetralkan ekspresi sedingin mungkin.

"Lepasin."

"Pulang sama gue."

What? Mimpi apa Dinda semalam sampai Rendy mau mengajaknya pulang. Biasanya Dinda harus merengek-rengek dulu jika mau pulang bersama cowok tersebut, tapi sekarang? Rendy mengajaknya?

Dinda menggeleng, menepis pikiran-pikiran buruknya. Untuk sekarang Dinda harus menolak. Dia harus bersikap dingin agar Rendy paham seperti apa rasanya dicuekin.

"Dinda pulang sama Kelvin."

"Kelvin dihukum."

"Udah tau." Dinda menutup mulutnya, mengumpati dirinya yang bodoh mengucapkan hal itu. Bisa-bisanya dia keceplosan. Tak mau terlalu lama menanggapi Rendy, Dinda memilih melangkah pergi, meninggalkan Rendy yang ternyata mengejarnya.

"Pulang sama gue," ajak Rendy lagi, kali ini lebih memaksa.

"Dinda pulang sama Galang."

"Kenapa harus Galang, kenapa gak sama gue?"

Dinda menautkan alisnya. "Kenapa harus Rendy, kenapa gak sama Galang?"

"Karena gue gak suka."

Dinda merubah mimik wajahnya, jika tadi dia menantang mungkin sekarang lebih ke bingung dan penasaran. Ia menatap Rendy yang juga balas menatapnya.

"Kenapa gak suka?" tanya Dinda menghalau rasa gugupannya.

"Ayo."

Rendy menggandeng tangan Dinda pergi. Tidak menjawab pertanyaan Dinda yang malah membuat cewek itu penasaran. "Jawab dulu pertanyaan Dinda," paksa Dinda menghentakkan tangannya, melepas gandengan Rendy.

"Yang mana?" tanya Rendy santai, membuat Dinda menggeram.

Dinda berdecak. "Kenapa gak suka kalau Dinda pulang sama Galang?"

"Harus gue jelasin?"

"Harus lah, atau jangan-jangan Rendy cemburu?" tuding Dinda menunjuk Rendy dengan jari telunjuknya.

"Menurut lo?"

"Menurut Dinda sih iya."

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Yaudah gue cemburu."




















TO BE CONTINUED

Tim patah hati mana suaranya?

Ciee Rendy cemburu. Ekhem. Awas ya dibantai Kelvin.

Maaf ya pendek hehe😁

Jangan lupa voment loh ya.

See you next part gaes!!!

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang