"Nen, Nen, Neni!"
Cewek yang dipanggil tak merespon, ia terus berjalan di koridor tanpa menoleh sedikitpun. Mengacuhkan saja cowok gila yang menghancurkan mood paginya.
"Nen, Neni!"
"Jo, berhenti panggil gue 'Nen Nen' gitu bisa gak sih? Nama gue itu Neni Lestari, lo bisa panggil Tari tanpa embel-embel 'Nen' salfok yang denger."
"Lo juga berhenti panggil gue 'Jo', nama gue itu Joey bukan Paijo."
"Suka-suka gue lah."
"Suka-suka gue juga panggil lo Neni."
Neni mendengus, memilih meninggalkan Joey begitu saja, tak akan berujung jika berdebat dengan manusia setengah jadi seperti Joey Permana Wicaksana.
"Nen, bagi tugas dong."
"Bagi?"
"Gue lupa ngerjain, Nen," tukas Joey menangkupkan tangan. Neni meletakkan tas di kursi, meski mereka satu kelas Neni tidak akan mau berbagi tugas dengan Joey. Joey sudah terlalu sering merepotkan.
"Kulkas lo ke mana? Biasanya tuh anak kan rajin ngerjain tugas."
"Belum datang dia, pliiss lah Nen, bisa dihukum gue sama Pak Gani."
"Bagus dong kalau sampai dihukum, kan bahagia gue nya."
Joey berdecak, meminta contekkan pada Neni sama saja seperti meminta perhatian dari gebetan. Susah.
Tak selang beberapa lama, orang yang ditunggu datang juga. Cowok jangkung dengan tinggi 183 cm itu memasukki kelas khas wajah datarnya. Melihat itu Joey tak tinggal diam, langsung menghampiri Rendy menampilkan pupil eyes kala Rendy telah bersantai di kursi.
Rendy menatap Joey datar, setelahnya hanya embusan napas kasar yang terdengar. Rendy membuka tas gendongnya, mengambil satu buku lalu ia lempar begitu saja ke arah Joey.
"Makasih, Om!"
Menghiraukan Joey, Rendy mengeluarkan earphone dari saku jaket, memutar lagu-lagu barat kesukaannya. Rendy memang lebih suka lagu luar ketimbang lagu dalam negeri, bukan karena tak cinta budaya sendiri, tapi sepengetahuan teman-temannya, Rendy pernah bilang kalau dia ingin belajar bahasa inggris secara otodidak, dan ini salah satu caranya.
"Selamat pagi, Rendy."
Baru sebentar Rendy menutup mata suara khas itu kembali mengganggu indera pendengarnya, membuat Rendy mau tak mau membuka mata untuk menghalau kicauan Dinda yang menjadi.
"Ya ampun senangnya ternyata Rendy dengar suara Dinda. Padahal Dinda kira Rendy gak dengar karena pakai earphone."
"Gue gak budek."
Mendengar itu membuat Dinda mengerucutkan bibir kesal, namun setelahnya ia menarik kembali lantas mengeluarkan ponsel dari saku bajunya.
Rendy mengernyit tak paham dengan yang dilakukan Dinda.
"ID game Rendy apa Dinda mau tau dong? Biar nanti kalau Rendy main game bisa main sama Dinda, terus kita bisa habisin waktu bareng deh."
"Gue gak main game."
"Bohong! Orang Rendy suka main ponsel kok, terus jarang balas pesan Dinda. Dinda lihat di beranda sosmed juga banyak cewek-cewek yang curhat begitu, katanya cowok jaman sekarang terlalu fokus ngegame sampai ceweknya dianggurin."
"Terus?"
"Karena Rendy adalah cowok jaman sekarang jadi menurut Dinda Rendy juga sama kayak cowok-cowok itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...