"Jangan ngomongin orang brengsek kalau nyatanya lo lebih berengsek bego!"
Dalam satu tendangan punggung Kelvin menabrak dinding kelas. Rasa nyeri menjalar ke sekujur tubuhnya. Cowok itu menampilkan senyum miring hingga akhirnya....
Bugh!
Pukulan balasan dari Kelvin tepat mengenai pipi kiri Franky. Merasa tak terima adu jotos sudah tak dapat teleraikan lagi. Beberapa murid yang ada di kelas tak berani melerai. Mereka memilih menonton daripada menjadi mangsa dua geng besar tersebut.
"KELVIN, FRANKY, STOP!"
Teriakkan Dinda sama sekali tak ada artinya. Lantas cewek yang baru datang itu langsung berdiri di tengah-tengah dua orang yang sedang berkelahi tersebut. Tak menghiraukan teman-temannya yang memperingati.
"Kelvin dengerin Dinda gak sih!"
Dinda terus berusaha melerai perkelahian tersebut. Dapat ia lihat tangan Kelvin memukul wajah Franky, begitupun sebaliknya, sampai Dinda rasakan panas di pipinya baru perkelahian itu berhenti.
Franky menatap tangannya tak percaya. Ya, pukulannya meleset.
Dinda menunduk, air matanya mengalir bersamaan rasa panas dan perih di pipinya, tak disangka jika pukulan itu akan semenyakitkan ini.
Melihat itu amarah Kelvin semakin menjadi, menatap Franky nyalang seakan siap untuk menghabisi Franky sekarang juga.
"Lo benci gue tapi jangan pukul saudara gue juga!"
"Gue gak sengaja," jawab Franky, suaranya melirih.
"Bacot!"
Pukulan dahsyat langsung Kelvin berikan tepat di perut Franky. Membawanya ke atas meja dan memukul Franky sesuka hati tanpa rasa manusiawi.
Melihat hal itu Joey tak tinggal diam, dia sangat ingin membantu tetapi kalah dengan Galang dan Zeyn membekuknya.
Brak!
Satu tendangan saja tubuh Kelvin tepat menubruk meja, senyum smirk ia berikan kala mendongak melihat Rendy telah berdiri tepat di depan Franky.
"Jangan halangi gue buat ngabisin dia!"
"Lapangan luas ngapain pilih di kelas?"
"Bitch!"
Lagi, Kelvin membalas pukulan Rendy tepat pada area wajah. Semburat amarah dan kekesalan ia campur adukkan.
Dinda membelalak melihat Kelvin dengan mudahnya memukul wajah Rendy, walau hanya satu pukulan tapi pasti itu menyakitkan seperti yang ia rasakan sekarang.
"Urusan kita belom selesai!"
Satu kalimat terakhir dan Kelvin langsung menarik Dinda pergi, tak luput dari Galang, Zeyn dan teman satu gengnya yang mengikuti.
Selepas kepergian mereka Rendy menatap tajam Franky yang masih setia di tempatnya.
"Lo bikin masalah baru, bodoh!"
***
Dinda memegangi kain hangat yang menempel di pipinya. Sebuah kompresan yang Kelvin berikan sebelum cowok itu dipanggil ke BK.
Dinda merasa suntuk sekali di ruangan ini, pikirannya berkelana memikirkan keadaan Rendy. Apa cowok itu baik-baik saja? Bahkan cowok itu tidak datang ke UKS semisal hanya untuk mengobati luka.
"Dinda harus temuin Rendy."
Dinda bangkit dari ranjangnya, mengambil obat P3K yang berada di atas nakas. Sedangkan Retno—petugas PMR yang berjaga memberi sirat mata kebingungan dengan apa yang akan dilakukan Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...