CHAPTER TWENTY TWO | POSITIVE THINKING

2.6K 147 3
                                    

Jangan marah-marah mulu sama mantan. Ketahuan banget gak bisa move-on.

-oOo-

"Semua ini sudah jadi bukti kalau Syila gak bener-bener tulus sahabatan sama lo. Dia nusuk lo dari belakang, Dinda."

Masih ekspresi sama Dinda membalas tatapan tajam dari cewek di hadapannya ini. Cewek yang tiba-tiba menarik lengannya menuju koridor dekat gudang. Ditangan Cellin terdapat ponsel berisi foto Syila yang tengah bersama Rendy, Dinda tidak tau apa maksud foto itu tapi mampu membuat dadanya sesak.

Cellin memasukkan kembali ponsel dalam saku bajunya. "Apa habis ini lo masih menganggap Syila sahabat?" tanya Cellin menaikkan satu alisnya.

Dinda menarik napas, menetralkan emosinya. "Syila sahabat Dinda, tentu sesudah ini Dinda tetap anggap Syila sahabat. Karena gak mungkin Syila mengkhianati Dinda."

Cellin menyeringai. "Lo lebih polos dari yang gue lihat ya, Din. Bego lo terpelihara banget. Jelas-jelas Syila dekati Rendy dan lo masih anggap dia sahabat?"

"Cel, Dinda sama Rendy gak ada hubungan apa-apa, mau dekat sama siapa aja itu bukan urusan Dinda. Tugas Dinda itu mencintai, dibalas enggaknya itu urusan nanti," bohong Dinda. Ada letupan-letupan yang ia tahan dalam hatinya. Ini menyakitkan, tapi Dinda tak ingin kehilangan sahabat hanya gara-gara cinta.

Mendengar itu Cellin manggut-manggut saja, sikap keras kepala Dinda sudah mendarah daging. "Oke kalau itu mau lo, sebagai calon kakak ipar yang baik gue cuma bisa melakukan yang terbaik buat lo. Terserah lo kalau masih mau sahabatan sama Syila." Cellin berbalik, beranjak pergi, muak juga lama-lama menasehati Dinda.

"Cellin," panggil Dinda menghentikan langkah Cellin.

"Kenapa?"

"Tolong jangan kasih tau Kelvin tentang foto itu ya."

Cellin tersenyum miris. "Lo pikir gue cewek apaan? Emang sih orang-orang bilang gue cabe-cabean, tapi gue bukan cabe yang suka ngehasut seseorang buat ngebenci orang lain. Semua yang gue lakuin berdasarkan bukti. Gue emang suka sama Kelvin, tapi gue gak pernah maksa dia buat cinta sama gue. Gue juga gak pernah ngelabrak mereka yang dekati Kelvin. So, dibuat santai aja. Cowok gak cuma satu."

-oOo-

"ANJIR HP GUE! LO JALAN MELEK GAK SIH?!" pekik cewek itu sembari mengambil ponselnya yang jatuh. Tidak sengaja Sabrina bertabrakan dengan seseorang yang bisa disebut, mantan. Mendengar namanya saja Sabrina sudah malas apalagi bertatap muka seperti ini.

"Lo yang nabrak dan lo nyalahin gue? Makanya kalau jalan lurus ke depan jangan nunduk mainin hp biar otak lo gak merosot."

"Resek banget sih, jelas-jelas elo yang nabrak. Siapa suruh jalan di depan gue. Udahlah, sekarang lo ganti rugi, hp gue lecet gara-gara elo."

"Masih lecet 'kan enggak mati? Lagian kelihatan banget missqueen nya sampai lecet doang gak bisa ganti."

Sabrina menggeram, tangannya mengepal erat menahan amarah. Sedangkan cowok bername tag Franky Purnama Wijaya itu bersikap santai seolah tak terjadi apa-apa. Teman di kanan-kiri Franky tak acuh dengan kejadian itu, terlebih lagi Rendy, cowok itu enggan ikut campur jika urusannya dengan ocehan cewek.

"Udah Sab gak usah ditanggapin, cuma lecet dikit doang 'kan?" tukas Dinda mengelus bahu Sabrina.

"Jangan marah-marah mulu sama mantan, ketahuan banget gak bisa move on nya."

Mendengar perkataan Syila Sabrina menoleh, menampilkan tatapan risih terhadapnya. "Najisun amat gamon sama dia, kek gak ada cowok lain aja."

"Cowok emang gak cuma satu, tapi yang kek gue ini limited edition," tukas Franky membanggakan diri. Sabrina mendelik mendengarnya.

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang