Weekend yang membosankan. Cewek bersurai rambut orange alami itu terlihat tak bersemangat dan bertenaga. Baringan di sofa ruang tamu dengan TV yang menyala tanpa ditonton. Dinda bosan, tidak ada kegiatan apapun untuk mengisi liburan, mana di rumah sendiri pula. Bundanya sedang menemani sang Ayah bertugas dan Kelvin yang entah pergi kemana. Lengkap sudah penderitaan.
Dinda mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap, menghadap sandaran sofa, jika sudah seperti ini tidur adalah pilihan terbaik.
Menit-menit berlalu, Dinda hampir pergi ke alam bawah sadarnya. "Akh-" pekik Dinda merasa sakit dibagian pantat saat seseorang memukulnya keras. Hal itu membuat dirinya kaget sampai beralih posisi menjadi duduk.
Mengetahui siapa yang melakukan hal itu Dinda memutar bola mata malas, bahunya merosot karena belum sadar maksimal. "Dinda mau tidur, jangan digangguin bisa?" ucapnya sembari memposisikan tubuh untuk kembali tidur. Tapi tangan kekar Kelvin mencegahnya.
"Kalau mau tidur di kamar."
Hah, merepotkan. Kalau bahasa gaulnya Dinda sudah PW disini. Lagian ngapain juga Kelvin pulang, akan lebih menyenangkan jika cowok itu tidak di rumah dan tidak mengganggu aktivitasnya. Ya, tidur.
"Malas ah," balas Dinda ogah-ogahan. Saat dia ingin berbaring lagi-lagi Kelvin mencegahnya.
"Lo gak malu tidur di ruang tamu?"
"Ngapain harus malu, rumah sendiri."
Kali ini Dinda sudah dalam posisi berbaring, menghalau kicauan Kelvin yang menyuruhnya pindah ke kamar. Matanya terpejam, anggap saja cerewetan Kelvin sebuah nyanyian.
Kelvin berkacak pinggang, memperhatikan Dinda gemas. "Temen-temen gue lagi di luar, mereka mau gym, dan lo gak malu kalau mereka ngelihat lo tidur di sini?"
Dinda menggeleng, Kelvin suka berbohong.
"Assalamuaaikum ya ahli kubur."
Spontan Dinda melebarkan mata dan memposisikan tubuh menjadi duduk. Mendengar salam dari seseorang membuatnya terkejut. Dari sana dapat Dinda lihat teman-teman Kelvin yang berjumlah lebih dari lima orang itu memasuki rumah. Dinda membelalak, sedangkan Kelvin senyum mengejek.
Mengingat penampilannya yang hanya mengenakan kaos pink polos dan celana setengah paha, buru-buru Dinda berlari ke kamar. Ini bukan kali pertama Kelvin mengajak temannya ke rumah, tapi Dinda masih belum PD juga bertemu mereka. Alasannya satu; anak Zeleon terlihat mengerikan.
Melihatnya Kelvin menggeleng pelan, tak habis pikir dengan sikap kembarannya itu.
"Botol kecap kenapa, tuh?" Pertanyaan itu sudah pasti dari sang kaleng soda, Galang. Siapa lagi yang memanggil Dinda dengan sebutan 'botol kecap'.
Kelvin mengangkat bahu tak acuh.
"Kembaran lo gemesin banget, cantik. Kenapa gak lo suruh gabung aja coba," tukas Willi, salah satu anggota Zeleon dari basis lain. Willi merupakan ketua dari basis SMA Nusa Bangsa, sifatnya tak beda jauh dari Kelvin yang suka dekat dengan banyak wanita. Bedanya, Willi itu sudah bisa dicap sebagai playboy karena pacar yang lebih dari lima. Dan sekarang mengincar Dinda juga.
"Takut dia, muka kalian pada kek pedofil."
"Anjay! Gue serius nih, kalau gue pacaran sama saudara lo gue insaf jadi playboy."
"Enggak! Dinda gebetan gue!" ketus Zeyn keras, diantara yang lain cowok ini yang paling bucin untuk memiliki Dinda.
"Gak perlu, dia masih bau kencur. Buruan, mau nge-gym atau mau gosipin saudara gue?"
Willi terkekeh, Kelvin selalu saja mengira bahwa dia bercanda, padahal dia bersungguh-sungguh mengatakan itu. Tapi tak apa, mungkin dia harus lebih gencar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...