CHAPTER EIGHTEEN | ATTACKED

2.7K 170 2
                                        

Pernah gak sih lo itu mikir, dia cuek karena lo jelek.

-oOo-

Dinda bersenandung melewati koridor yang sepi, para murid masih berkumpul di tempat pensi sedangkan Dinda beranjak membereskan barangnya di ruang dance. Sampai langkahnya terhenti diblokir oleh lelaki jangkung di hadapannya.

Dinda membinarkan mata, ini adalah kali pertama bertemu Rendy di hari ini. Dinda rindu, beruntung Rendy menemuinya. "Rendy mau ke—"

Rendy melemparkan tas milik Dinda. Membuat Dinda menghentikan kalimatnya, terkejut kenapa tasnya bisa bersama Rendy. "Ganti."

Dinda menautkan alis. "Kok tas Dinda bisa sama Rendy?"

"Gak usah banyak tanya, cepet ganti."

"Ganti baju? Tapi Dinda mau foto-foto dulu."

"Ganti gue bilang!"

Dinda tersentak, mengeratkan pelukan tasnya. Bingung, kenapa tiba-tiba Rendy jadi kasar seperti ini. "Kenapa harus ganti, Dinda jelek ya pakai baju ini?"

"Jelek banget."

Dinda menunduk, harusnya dia cari tau dulu Rendy menyukai penampilannya ini atau tidak. "Yaudah, kalau gitu Dinda ganti dulu."

Rendy diam dan Dinda membalikkan tubuh berniat mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah. Sebenarnya Dinda kesal, tapi dia tidak boleh terlihat jelek dihadapan Rendy.

Beberapa menit berlalu Dinda telah siap dengan seragam sekolahnya. Dinda melangkah menuju tempat pensi menemui teman-temannya, dan tentu saja, setiba Dinda di sana banyak yang menatapnya heran terutama para sahabatnya.

"Loh, kok lo ganti seragam sih, Din? Kita kan belum foto bareng!" tukas Feysi heran.

"Dinda gerah Fey, panas banget pakai baju itu."

"Ya ampun Dinda, terus ini gimana coba masa baju lo beda sendiri."

"Kalian foto, Dinda yang fotoin."

Sabrina berkacak pinggang, gemas dengan tingkah Dinda. "Anak siapa sih lo? Gemes banget dah pen gue pecel."

Dinda memberikan peach, hanya itu yang bisa dia lakukan kalau membuat sahabatnya kesal. Ini semua demi Rendy, Rendy Arselio

Dinda melirik Syila yang sedari tadi diam. Wajah gadis itu memucat membuat Dinda cemas seketika. "Syila sakit kah? Mau Dinda antar ke UKS?"

Kalimat itu membuat Feysi dan Sabrina menoleh, mereka baru sadar kalau Syila terlihat tidak sehat. Syila yang ditatap seperti itu langsung menggeleng sembari tersenyum tipis. "Gue gak papa kok."

"Gak papa gimana pucet gini kok. Lo kecapekan?" tanya Feysi tak kalah cemas.

"Cuma pusing sedikit." Meski begitu tangan Syila tak henti meremas perutnya yang terasa keram. Nyeri dan perih terasa di dalam sana.

"Perut lo sakit?" kini ganti Sabrina yang bertanya.

Syila mengangguk mengiyakan. Ia sudah tak kuat menahan sakitnya.

"Syila pulang aja ya biar Dinda suruh Kelvin antarkan."

"Gak usah, gue bisa sendiri."

"Gak boleh gitu, nanti kalau ada apa-apa dijalan gimana? Lagian Kelvin gak akan merasa direpotkan kok."

Syila mengangguk pasrah. Dia tak bisa menolak, membiarkan saja Kelvin mengantarnya pulang kali ini.

-oOo-

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang