CHAPTER TWENTY ONE | HELP SYILA

2.8K 144 6
                                        

"Buy or not? Buy or not?"

Kalimat itu berkali-kali Dinda ucapkan. Menatap layar ponsel penuh kebimbangan. Pakaian dari salah satu aplikasi Online Shop menarik perhatiannya. Niat ingin membeli terhalang mengingat dompet kian menipis.

"Buy or not?"

"Buy aja."

Mengucapkan itu Kelvin duduk di samping Dinda, mengambil cemilan di meja dan menikmatinya, tak lupa saluran tv yang ia ganti.

"Tapi uang Dinda tinggal sedikit."

"Gue bayarin."

Senyum Dinda mengembang. "Serius?"

"Hm."

Dinda merentangkan tangan, niat memeluk terkendala kala Kelvin menonyor kepala Dinda menjauh. Meski saudara, cowok itu risih saja dipeluk-peluk manja seperti itu. Dinda mengelus dahi, walau kesal tak apa, setidaknya Kelvin mau membelikannya. Cepat-cepat Dinda memesan barang tersebut.

"Kelvin tau gak sih kalau Galang suka sama Feysi? Masa Fey bilang Galang suka gangguin dia," cerita Dinda di tengah kesibukannya.

"Terus kenapa, lo cemburu?"

"Dih, ya enggak lah! Ngapain juga cemburu sama kaleng soda. Dinda itu setia ya sama Rendy."

Kelvin menoleh, tatapan tajam ia berikan. Buru-buru Dinda mengalihkan topik.

"Oiya, hubungan Kelvin sama Syila gimana, udah ada kemajuan?"

"Gak tau, masih gitu-gitu aja. Gue jadi heran gue itu kurang apa coba? Ganteng udah, tajir udah, pinter ... Yah setidaknya nilai penjas gue 90 lah."

"Kelvin itu gak kekurangan cuma kepedean aja. Maybe, Syila gak suka sama sikap Kelvin yang genit sama cewek lain?"

"Gak genit, mereka aja yang baperan. Baru disenyumin dikit kok udah baper."

Dinda mengiyakan, percuma menasehati Kelvin, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Dinda menghebuskan napas semangat, menyodorkan tangan ke arah Kelvin.

Kelvin melirik bingung. "Apaan?"

"Bagi uang buat bayar."

Kelvin menghela napas, mengambil dompet dari saku celananya, mengeluarkan lima lembar uang bewarna merah dan diberikan kepada Dinda.

"Kok cuma segini?"

"Beli baju doang 'kan?" tanya Kelvin. Jelas ia lihat Dinda memilih baju tadi. Melihat Dinda yang kek orang bego ngomong sendiri membuatnya risih. Oleh karenanya dia mau bayarin.

Dinda menyengir, seketika itu juga perasaan Kelvin berubah tak enak, ada yang tidak beres. "Perasaan gue gak enak nih."

"Hehe, Dinda beli sepatu sama tas juga, soalnya bagus-bagus Bang mana stok terbatas lagi, Dinda takut kehabisan."

Ingin rasanya Kelvin memakan Dinda hidup-hidup, sudah dibantu malah diperas. Tau gini dia tidak mau membayari Dinda. Meski kesal Kelvin memberikan ATM miliknya, sontak hal itu membuat Dinda senang.

"Cukup bayar tas, sepatu, sama baju. Awas lo beli macem-macem."

"Siap," ucap Dinda memberi hormat.

-oOo-

Syila membuka kap mobilnya. Wajah kesal jelas tercetak karena lagi-lagi mobilnya mogok dijalanan yang jauh dari kata ramai. Syila tak paham apa yang harus dilakukan, mengotak-atik mesin dia tidak mengerti, meminta bantuan pun ponselnya mati. Benar-benar kesialan.

𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang