"Dindaaa jaket gue yang warna navy lo taroh mana?!" teriak Kelvin di depan pintu Dinda. Mencari jaket yang akan ia pakai tapi tidak ketemu. Kemungkinannya cuma dua; Pertama, masih dicuci Bi Iyem. Kedua, Dinda yang meminjamnya tanpa bilang-bilang.
"DINDAAA!" teriak Kelvin lagi sembari menggedor-gedor pintu kamar. Memberi kebisingan di pagi hari.
"IYA SEBENTAR DONG!!" teriak Dinda tak kalah nyaring. Kesal karena Kelvin tidak sabaran.
Tak mau membuang banyak waktu, Kelvin membuka pintu tanpa ijin. Dilihatnya Dinda tengah duduk di depan meja rias sembari berkutat dengan rambut panjangnya untuk dikuncir dua.
"Lo taroh mana jaket gue?!" tanya Kelvin.
"Santai kali gak usah ngegas. Itu ada di belakang pintu!" jawab Dinda kesal.
Kelvin mengambilnya sembari berdecak. "Kalau minjam suka gak ngomong dulu. Udah gitu gak dikembalikan lagi," cibir Kelvin.
Dinda memutar bola mata kesal. "Pelit aja teros sama saudara sendiri."
Kelvin menghiraukan. Ia duduk di kasur Dinda. Memakai sepatu yang tadi ia tenteng karena sibuk mencari jaket. "Kata Galang kemarin lo jalan sama Rendy, bener?" tanya Kelvin. Sehabis pulang sekolah Kelvin memang tidak langsung pulang ke rumah. Ia pergi ke markas Zeleon untuk melaksanakan rapat dadakan. Dan malam tadi ia baru sampai rumah. Perihal Galang yang tau itu karena Galang diamanahkan untuk mengantar Dinda pulang, tapi cewek itu malah pergi bersama Rendy. Kelvin mau marah, tapi kondisinya tidak memungkinkan.
Dinda mengangguk. "Bener," jawabnya sesantai mungkin. Seolah Kelvin tidak keberatan dengan hal itu.
Kelvin menyunggingkan senyum miris. "Katanya mau jauhi Rendy demi gue, nyatanya apa? Sampai sekarangpun lo masih deket sama dia. Lo gak mikir apa kalau Rendy itu gak pernah perduli sama lo?"
Dinda menghentikan aktivitasnya menata rambut. Ia menarik napas panjang menghadap Kelvin. "Dinda juga maunya menjauh, Vin. Pergi sejauh-jauhnya dari bayangan Rendy. Tapi asal Kelvin tau, semakin Dinda memaksakan diri untuk menjauh. Semakin Dinda sadar kalau Dinda gak bisa ngelakuin itu. Dinda juga tau, Rendy punya alasan yang buat dia gak perduli ke Dinda."
"Setelah apa yang dia lakuin ke elo? Nolak lo mentah-mentah di depan umum? Mempermalukan lo? Din, gue sebagai saudara miris ngelihat lo digituin. Kalo gue wajar ngejar Syila karena gue cowok. Lah elo? Kodratnya cewek itu dikejar, bukan mengejar."
"Selama Dinda sanggup kenapa enggak?"
Kelvin mendengus kasar. Sampai mulutnya berbusa juga menasehati Dinda tidak ada artinya. Selesai memakai sepatu Kelvin berdiri sembari memalai jaket yang tadi diambilnya. "Gue tunggu di bawah. Cepet gak pake lama," ucapnya sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu.
Dinda menghela napas. Ada perasaan lelah juga bersalah. Kenapa sedikit sekali orang yang mendukungnya. Syila? Bahkan Syila sendiri pun menyukai Rendy dalam diam.
Bagaimana jika Kelvin tau kenyataannya? Apa ia bisa terima?
-oOo-
Ting
Rendy mengambil ponsel dari saku celana abu-abunya. Sebuah pesan dari seseorang yang terus menghantui pikirannya. Tidak ada niat membalas, Rendy hendak memasukkan kembali ponsel di saku celana. Tapi tindakkan itu terhenti kala Joey merampas ponselnya.
"SUMPAH DEMI APA?! HP LO IPHONE? KOK BISA, LO NYURI YA?!" teriak Joey histeris, membolak balik ponsel Rendy tak percaya jika Rendy bisa memiliki ponsel dengan harga selangit itu. Dia dan Franky yang bisa dibilang dari kalangan orang mampu saja gak punya. Tapi Rendy? Anak kost-kostan? Kerja di bengkel? Sangat impossibel.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...