Dua minggu berlalu, empat orang gadis yang biasa bersama kini hanya tersisa tiga orang. Syila benar-benar tidak meminta maaf, cewek itu juga memilih mendiamkan sahabat-sahabatnya dan bersikap dingin. Dinda juga tidak ambil pusing, ia juga turut mendiamkan, berbeda dengan Sabrina dan Feysi yang terus menyindir Syila terang-terangan dengan kalimat pedas.
Meskipun sudah tahu bahwa Dinda bukan pelaku yang menyebarkan berita tentang Aura, hubungan Dinda dengan Rendy tetap berakhir dan masih tidak ada komunikasi di antara mereka berdua. Mungkin ekspektasi orang-orang Rendy akan meminta maaf dan meminta Dinda kembali, tetapi kenyataannya cowok itu tidak mengucapkan sepatah katapun. Mereka sempat beberapa kali berpapasan di sekolah, namun keduanya memilih diam dan tak acuh sama lain seperti orang tidak saling kenal.
Dunia memang sebegitu lucunya, menyatukan dua orang dengan begitu bahagianya lalu melepas dengan begitu menyakitkan. Mendekatkan dua orang yang awalnya tidak saling memiliki rasa hingga dengan mudahnya memisahkan sampai tak saling bertegur sapa.
Begitupula dengan Kelvin dan Syila. Kelvin semakin membulatkan tekad untuk tidak menoleh pada Syila lagi. Cewek yang dulu paling diincar, tapi mengetahui bagaimana busuknya cewek itu sekarang yang tega memfitnah saudaranya Kelvin merasa mengubur dalam-dalam perasaannya adalah pilihan terbaik.
Untuk bagaimana dengan Syila, tidak ada yang tahu bagaimana kondisi cewek itu sebenarnya. Dari dulu dia memang terkenal pendiam, dan setelah kejadian ini pun ia tetap menjadi pendiam dan seolah tidak terjadi apa-apa. Bedanya mungkin tatapannya yang berbeda dari biasanya, sedikit lebih tajam.
"Laper nih, pada mau ke kantin gak?" tanya Sabrina.
"Skuy lah, gue juga lagi pengen ngemil," jawab Feysi, Dinda di sebelahnya mengangguk setuju lalu ketiga gadis itu bangkit dari duduknya.
Saat melewati meja Syila yang berjarak 2 meja dari depan, Sabrina dengan sengaja menendang kursi Syila membuat empunya sedikit terkejut namun Syila tetap tidak menanggapi dan terus fokus pada bukunya.
Sabrina menyunggingkan senyum smirk, sudah bukan hal baru kalau Sabrina bersikap kasar pada orang yang tidak disukainya, semua orang juga tau itu, kan?
"Kurang-kurangi lah Sab, gue kadang suka gak tega lihatnya," ujar Feysi selama perjalanan ke kantin.
"Ngapain gak tega sama penghianat? Dikira dia doang yang bisa jadi jahat? Gue juga bisa kali!"
"Tuh, mantan lo yang gak punya urat malu, belum ada sebulan putus udah mesra-mesraan sama yang lain aja," ujar Sabrina ketika tak sengaja melihat Rendy dan Aura di bibir lapangan tengah berduaan. Layaknya cerita romance, Aura memberikan minum pada Rendy yang tengah berolahraga.
"Bisa gak usah dibahas gak, Sab?" ujar Dinda.
Sabrina menyengir. "Sorry, lihat muka Rendy sama Nyai Ronggeng bawaannya emosi mulu soalnya."
"Din, Kelvin baik-baik aja?" tanya Feysi tiba-tiba.
"Tumben nanyain, emangnya kenapa, lihat aja tuh orangnya gak papa kok," mereka menghentikan kaki—beralih memperhatikan kelas XI — IPS 2 yang tengah berolahraga.
"Ya, setau gue Kelvin orangnya kan emosian dan waktu itu dia ngebet banget pengen mukulin orang yang sengaja fitnah elo. Tapi pas tau faktanya apa dia gak terpukul banget, ya?" ujar Feysi. "Gue kayak bisa ngerasain apa yang dia rasain gitu, rasanya pengen marah, mukul, tapi tau itu perbuatan orang terdekat sendiri jadi gak bisa berbuat apa-apa."
"Sebenarnya Kelvin marah banget Fey, dia sempat mau datangin Syila waktu itu, tapi untungnya Dinda tau jadi cepat Dinda cegah. Kelvin ya tetap Kelvin, sama kayak Sabrina, Sabrina ya tetap Sabrina."
Sabrina merangkul Dinda. "Dahlah buruan ke kantin, ngelihat orang di lapangan sana bawaannya gerah."
"Perasaan Dinda biasa aja kok elo yang sewot dah," ujar Feysi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...