Emang dasar Kelvin nya aja yang bandel. Dalam kondisinya yang sakit pun dia nekat sekolah, beralasan akan ada ulangan padahal sebenarnya dia ingin ikut latihan basket untuk persiapan tournament beberapa hari lagi. Sebagai kapten Kelvin pikir itu tanggung jawab yang besar.
"Gimana keadaannya sekarang, udah baikan?" tanya Sabrina pada Syila yang baru datang. Kini posisi mereka sedang berada di kantin.
Syila mengangkat bahu tak acuh. "Mungkin nanti gue datangin dia lagi."
"Kenapa? Kelvin masih gak mau ketemu Lo?" tanya Feysi.
"Dia lagi sama Cellin. Gue gak mau ganggu."
"Gak mau ganggu atau gak kuat nahan cemburu?" tukas Sabrina mampu menyentak relung hati Syila.
"Sabrina ngomongnya dari relung hati yang paling dalam banget," ujar Dinda.
Sabrina menyengir. "Sulit dikondisikan ini mulut. Tapi bener 'kan?" tanyanya menatap Syila. Hingga helaan napas dari Syila menjawab bahwa ucapannya benar.
"Ehh, kok tiba-tiba gue ngerasa ada aura-aura negatif ya di sini," ujar Feysi.
"Iya nih Fey, aura nya kuat banget. Aduh bukan negatif lagi ini mah, tapi jahat," timpal Sabrina. Mencondongkan kepalanya seperti orang yang tengah mengendus.
"Ihh, makin deket nih auranya,"
"HEH!" seseorang menggebrak meja, membuat keempat cewek yang ada di sana tersentak kaget. "Nyindir gue Lo, ya?"
Sabrina menaikan satu alisnya. "Apaan sih, gak jelas. Merasa Lo ya?"
"Menurut Lo gimana? Dari banyaknya manusia di sini cuma gue yang baru masuk dan Lo langsung ngomong begitu. Ditambah nama gue Aura, gimana gue gak ngerasa?!"
"Ihh, ngegas mbaknya, ngerasa ya kalo punya aura negatif. Suka jadi benalu dihubungan orang sih," ucap Feysi.
Aura Fenita Arie. Cewek bersoflens biru itu mendelik kan matanya tak suka. "Siapa yang lo bilang benalu?"
"Elo lah, siapa lagi," ujar Sabrina enteng.
"Heh, sebelumnya kita gak pernah ada masalah ya. Kenapa tiba-tiba Lo cari masalah sama gue? Lo gak tau gue siapa?"
"Tau," jawab Sabrina. "Tante-tante SMA Harapan Bangsa 'kan?"
Aura baru saja akan meledak, tapi kedatangan seseorang mengurung tindakannya. Ia melirik Dinda sebentar dan berkata, "Murahan." sampai akhirnya ia melenggang pergi sebelum anak buah Kelvin menikamnya.
"SIALAN LO YA! DIJAGA MULUT KALO NGOMONG!" teriak Sabrina kesal. Dinda sendiri membeku ditempatnya. Perkataan Aura tepat menohok kerongkongannya.
***
"Rendy, tunggu!"
"Rendy!"
"Kenapa sih Rendy seneng banget ninggalin Dinda?!"
"Ren," ujar Dinda lagi saat berhasil mencekal lengan Rendy. "Maafin Dinda."
"Udah yang keberapa kali?" tanya Rendy.
"Baru malam itu aja kok. Dinda gak enak nolak ajakkan Arda. Dinda udah terlalu sering nolak dia."
"Kenapa gak ngasih tau gue?"
"Dinda pikir itu bukan hal yang penting buat Rendy."
"Gue ini siapa? Pacar Lo bukan?" tanya Rendy menunjuk diri sendiri. "Lo itu gak tau Arda siapa, Lo cuma baru kenal sebentar Dinda. Dia bahaya buat Lo! Coba kalau gak ada Kelvin semalam, mana bisa Lo ketemu gue sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...