"Mau lo apa sih, Cel? Gue udah ngaku di depan anak-anak tapi kenapa lo masih sebarin video itu? Munafik lo!" Amarah Aura meluap pada Cellin. Tidak menghiraukan jika kini dua cewek yang tengah berseteru itu sedang menjadi pusat perhatian di koridor.
Cellin terkekeh lalu menyunggingkan senyum miring. "Aura Aura. Lo pikir gue bego ngebiarin hal ini gitu aja? Gue tau lo lagi ngerencanain buat bales dendam sama gue kan? Lo mau celakain gue? Jangan pandang gue sebelah mata atau mata lo benar-benar gak berfungsi setelah itu!" kecam Cellin menunjuk Aura tepat di wajah.
Aura termangu tidak menyangka jika Cellin bisa mengetahui hal yang sedang ia rencanakan. Dasarnya ucapan Cellin adalah benar, Aura sudah menyiapkan peluru balas dendam. Tetapi, bukan itu yang sekarang sedang Aura bingungkan, melainkan bagaimana Cellin bisa mengetahuinya.
"Sekarang lo udah ngerasain apa yang calon adik ipar gue rasain. Kalau lo masih berani ganggu calon adik ipar gue ...." Mendekatkan wajahnya. "Lo berurusan sama gue. Paham lo?!"
Aura berbalik pergi, wajahnya memerah menahan malu serta amarah. Kini murid SMA Harapan Bangsa sedang gencar-gencarnya menjauhi serta mencaci. Cewek itu menunduk tanpa sadar air matanya jatuh.
Dinda melihat semuanya. Saat di mana Aura mendatangi Cellin juga saat Cellin memborbardir perkataan Aura. Dinda tidak bisa menyalahkan Aura atau Cellin begitu saja karena dasarnya mereka punya alasan melakukan itu. Namun, sesama manusia bukan kah saling mengasihani dan peduli? Dan sekarang Dinda sangat tidak tega melihat Aura. Ia paham betul apa yang tengah cewek itu rasakan.
Dinda baru akan melangkah hendak mengejar Aura namun Rendy mencegahnya. Cowok itu menahan Dinda untuk tetap di sisinya.
"Rendy kasihan Aura," ujar Dinda.
"Biar gue aja."
Dinda menatap kepergian Rendy gamang. Seiring berjalannya waktu ia sadar bahwa kehadiran Aura lebih dulu ada dibanding dirinya.
***
"Kenapa? Kamu mau marahin aku lagi? Mau mempermalukan aku atau mau ngetawain aku? Puas kamu sekarang lihat aku malu? Puas kamu sakit hati Dinda terbayarkan? Ngapain juga kamu temuin aku kan udah ada Dinda sekarang. Peduli kamu cuma sama dia bukan aku lagi."
Aura meluapkan kesalnya. Air mata itu tidak berhenti mengalir bahkan bertambah deras saat Rendy berusaha menenangkan.
"Ra, gue gak mungkin ngelakuin itu sama lo. Perlakuan kita dulu itu kayak bibit yang kita tanam dan sekarang anggap aja lo dapat hasilnya. Gue tetap peduli sama lo bahkan kalau pun lo butuh bantuan gue pasti gue bantuin, tapi harus hal yang baik dan gak merugikan orang lain atau diri sendiri."
"Aku salah apa sih Rendy? Aku yang selama ini ada buat kamu kenapa kamu malah milih Dinda?"
"Gue gak milih siapa-siapa, Ra. Teman sama pacar itu bukan pilihan," ujar Rendy pengertian.
"Tapi aku pingin hubungan kita lebih dari sekadar teman," lirih Aura menunduk. Cewek itu kehilangan semangatnya. Kenyataan menamparnya begitu keras saat Rendy bukan lah miliknya dan mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya.
Rendy seperti menatap pantulan dirinya dulu. Saat ia bersedih dan dicampakkan orang lain hanya Aura yang setia menemaninya. Hanya Aura sang pemberani mengusir dan membalas semua perkataan kejam mereka.
Rendy menarik Aura dalam dekapannya. Bukannya Rendy berkhianat tetapi, yakinlah. Sosok teman yang berada saat susah itu jauh lebih penting dari segalanya. Ia tidak ingin dicap kacang lupa kulitnya. Rendy juga bukan cowok yang muluk-muluk tentang cinta, mengorbankan teman demi pasangan.
"Gue akan coba bilang ke Cellin buat gak gitu lagi. Tapi lo juga harus janji buat gak begitu sama orang lain."
Dalam dekapan Rendy Aura melampiaskan sesak di dadanya. Cewek itu menangis hingga terisak. "Gak ada sedikitpun ruang di hati kamu buat aku, Ren?" tanya Aura sedikit berharap.
![](https://img.wattpad.com/cover/173803289-288-k229901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Roman pour Adolescents[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...