Selama jam pelajaran Dinda tidak bisa tenang. Pikirannya berkelana untuk cepat-cepat istirahat dan menemui Rendy. Menanyakan langsung kejadian semalam. Sebenarnya pagi tadi Dinda sudah akan ke kelas Rendy, tapi dia kesiangan. Sampai sekolah bel sudah berbunyi dan mau tak mau dia harus menunggu istirahat. Dan saat bel istirahat berbunyi Dinda buru-buru keluar kelas tanpa membereskan peralatannya. Membuat sahabatnya menggeleng sabar.
"Dinda Dinda, kapan sih Lo berhenti bucin," tukas Feysi, membereskan alat tulis Dinda yang berserakan di meja.
Sampai di kelas XI-IPS 2 Dinda tidak menemukan orang yang dicari. Yang ada hanyalah sebagian murid yang sedang memakan bekal atau menyalin tugas. Tidak ada anggota Zeleon atau Alatas di sana. Semua tersisa murid biasa. Kelvin sendiri tidak dibolehkan sekolah oleh ayahnya karena sakit. Cowok itu habis babak belur dengan luka lebam dimana-mana. Semalam Dinda tidak ikut ke kantor polisi karena dilarang ayahnya, padahal ia sudah khawatir. Dan rasa khawatirnya semakin bertambah kala tau bahwa Alatas lah lawannya.
"Cari siapa, Din?" tanya Cellin. Sepertinya cewek ini habis dari kantin.
"Rendy gak masuk, Cell?" tanya Dinda.
Cellin menggeleng. "Enggak. Anak-anak Zeleon sama Alatas gak ada yang masuk sekolah. Kecuali yang gak ikut kelahi semalam."
Bahu Dinda merosot, ia mendengkus kesal.
"Oiya, Kelvin gimana kabarnya?"
"Baik, cuma disuruh istirahat aja."
"Memang ya, anak Alatas itu perlu dikasih pelajaran biar gak ngelunjak. Ini pasti Alatas yang cari gara-gara," ujar Cellin.
"Gak mungkin Rendy kayak gitu. Dinda tau Rendy orangnya gimana." Dinda membela. Ia tidak suka kalau ada yang menjelek-jelekkan Rendy.
Dari arah belakang Cellin seseorang tertawa mengejek, kemudian berdiri di samping Cellin sembari bersedekap dada. "Gue jauh lebih tau banyak tentang Rendy dibanding elo. Gue itu lebih dekat sama dia, daripada Lo, pacarnya," ucap Aura. Entah bagaimana bisa cewek itu berada di sini.
"Adinda Pramata Hilton, lo itu cuma menang tenar di sini karena saudara dari ketua Zeleon. Coba aja lo gak ada diposisi itu, mungkin sekarang lo udah jadi ... sampah!" lanjutnya.
Dinda sangat ingin melawan. Tapi lidahnya kelu sekadar membalas jahat ucapan cewek itu. "Aura punya dendam apa sih sama Dinda? Dinda punya salah apa? Kenapa Aura suka ngata-ngatain Dinda?"
"Lo itu gak salah apa-apa. Salah Lo cuma satu," Aura menjeda ucapnya. "Lo ngerebut Rendy dari gue."
Tidak bisa dibiarkan. Cellin menghadap Aura menantang. "Berhenti ngomongin Dinda begitu," tukas Cellin.
"Kenapa? Gak suka? Lo bela dia karena Lo suka sama Kelvin 'kan? Lo gak sadar Lo juga sama kayak dia?" Menunjuk Dinda. "Lo ngerebut Kelvin dari Syila 'kan? Ngejar-ngejar Kelvin kayak Dinda ngejar Rendy?"
Cellin menggeram, mengepalkan tangan kuat. "LO KALAU NGOMONG DIJAGA, YA? SIAPA YANG LO BILANG PEREBUT?"
"Udah Cell." Dinda menenangkan.
"BIAR DIN, BIAR GUE KASIH PELAJARAN SAMA CEWEK GAK TAU DIRI KAYAK DIA. JANGAN MENTANG-MENTANG LO KAKAK KELAS LO JADI SEENAKNYA NGOMONGIN ORANG!"
Aura tertawa sumbang. "Kok malah Lo yang ngegas sih? Bener ya kata-kata gue?"
Cellin berusaha meredam emosinya. Selama ini ia selalu bermain cantik dengan lawannya. Jangan lupakan bahwa dia adalah ketua cheers, selebgram, dan memiliki teman yang banyak di sekolah ini.
Cellin balas tersenyum. "Lo gak tau siapa gue?" ucap Cellin santai. Namun, dibalik kalimatnya menyiratkan banyak makna. "Kalau lo lupa, temen-temen lo itu anak buah gue. Gampang buat gue menghanguskan cewek tengil kek elo!" pungkasnya mendorong bahu Aura dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...