Plak!
"Dinda!"
Semua pasang mata di tempat kejadian terkejut. Aura tiba-tiba datang menampar pipi Dinda hingga Dinda menoleh 90 derajat. Rasa sakit dan perih perlahan mengalir di pipi Dinda, semburat kemerahan juga mulai terlihat.
"Cewek berengsek!" Sabrina tidak bisa menahan apa yang dilihatnya, hampir saja tangannya melayang ke wajah Aura tetapi, Syila cepat menahannya. "Maksud lo apa nampar-nampar sahabat gue?!"
Aura mengabaikan makian Sabrina, matanya menatap tajam Dinda yang memegangi pipinya. Napasnya naik turun seolah ada yang membara di dadanya. Kejadian selanjutnya makin membuat orang-orang di koridor terkejut, Aura menjambak rambut Dinda seperti orang kesetanan. "Dasar cewek berengsek! Gue punya salah apa sih sama, lo?! Munafik lo dasar licik!"
"Aura lo kenapa? Dinda minta maaf kalau ada salah. Sakit, Ra!" Dinda memohon, cewek itu tidak melawan sedikitpun.
"LEPASIN SAHABAT GUE BANGSAT!" Sabrina tidak bisa menahan dirinya lagi, cewek itu balas menjambak rambut Aura. Feysi dan Syila dibuat kewalahan karena tenaga keduanya yang sama-sama kuat. Syila mencoba menarik mundur Aura sedangkan Feysi berusaha menenangkan Sabrina.
"Ra, udah, Ra!'
"BAJINGAN!" teriak Aura melepas jambakannya. Rambutnya dan Dinda terlihat awut-awutan karena pertikaian. Kesempatan itu Feysi gunakan untuk memegangi tangan Sabrina.
"Dinda salah apa? Kenapa tiba-tiba Aura begini ke Dinda?"
"GAK USAH SOK BAIK LO NAJIS!"
Dinda tersentak, hatinya cukup terluka karena perbuatan Aura padanya sekarang.
"Ra, jelasin pelan-pelan lo kenapa? Dinda ada buat salah apa ke elo?" tanya Syila.
Aura terkekeh. "Salah apa? Setelah apa yang temen lo lakuin ke gue kalian masih nanya salah apa? TEMEN LO INI MUNAFIK TAU GAK, LO?!" Aura menatap sekitarnya, banyak siswa-siswi berkumpul dan menatap remeh ke arahnya. Bisik-bisik tetangga juga mulai terdengar membuat dadanya terasa ditusuk-tusuk.
"ELO CEWEK GAK JELAS! DATANG-DATANG NGAJAK RIBUT. ITU OTAK DI SEKOLAHIN BERTAHUN-TAHUN GAK ADA GUNANYA MENDING MATI AJA DEH, LO!" teriak Sabrina, cewek itu terus meronta minta dilepas dan tentu saja Feysi tidak mengindahkan. Sabrina kalau udah kalap suka gak ingat dosa.
"Aura, Dinda beneran gak tau apa-apa."
Aura memutar bola matanya sinis, memainkan ponselnya menjelajah sosial media kemudian melihatkan layar ponselnya pada Dinda. Feysi, Sabrina, dan Syila ikut melihat apa yang Aura tunjukkan, seketika keempatnya melebarkan mata terkejut. Sabrina menatap Aura tanpa bisa berkata-kata. Aura menggeser-geser layar menunjukkan hal-hal yang membuatnya seperti sekarang ini.
"Puas lo sekarang? Puas lo bikin gue malu?! Sebegitu bencinya ya lo Din sama gue? Lo dendam karena gue masih deketin Rendy, iya?"
Dinda menggeleng pelan, ia benar-benar shock dengan apa yang dilihatnya. "G-gak."
"ENGGAK APA?! GUE UDAH MOHON-MOHON SAMA LO BUAT GAK NYEBARIN BERITA ITU TAPI KENAPA LO SEBARIN JUGA, HAH?!"
"Bukan Dinda yang nyebarin, Ra!"
"Terus kalau bukan lo siapa? Rendy? Elo ngancem gue, Din!"
"Bukan Dinda Ra yang ngirim pesan itu!"
"Jelas-jelas ini nomor, lo! Ini akun sosmed lo! Lo mau ngelak apa lagi Dinda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐃𝐈𝐑𝐄𝐍
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Ada yang lebih simpel. Gue minyak, lo kecap Indomie, gak akan pernah nyatu."-Bukan Mariposa Rendy Arselio. Cowok pendiam penuh misteri. Memiliki aura lain membuat orang-orang takut untuk mendekati. Selain sifat diam-di...