2. Pernikahan

2.7K 133 1
                                    

Suami?

Apa ada seseorang yang mengatakan kata 'suami'?

Eshika mengembuskan napas pelan-pelan demi menahan rasa emosi di dalam dadanya.

Ya, benar. Suami.

Cowok tampan, tapi menjengkelkan di depan aku ini adalah suami aku. Puas?

Wait!

Bukannya Eshika masih SMA kan? Tapi, ia sudah memiliki suami?

Oke .... Jadi, ini sebenarnya sih rahasia ya.

Janji nggak bakal dikasih tau ke siapa-siapa ya?

Semua ini bermula sekitar seminggu yang lalu. Sekitar sepuluh hari tepat sebelum Popi yang merupakan mami Eshika harus pergi ke luar negeri. Satu tawaran penelitian kolaborasi antara perguruan tinggi dunia memaksa dirinya harus meninggalkan Indonesia. Begitupun dengan Eshika yang merupakan putri tunggalnya tanpa ada anggota keluarga yang bisa menjaga dirinya.

Wahyudi, papa Eshika, telah meninggal dunia ketika gadis itu masih duduk di kelas satu SD. Sedang keluarga Eshika lainnya tinggal terpisah pulau dan zona waktu yang berbeda dengan dirinya yang tinggal di Jakarta.

Popi tak mungkin menolak tawaran penelitian itu. Selain karena itu bisa mendokrak kariernya sebagai dosen, itu juga menjadi kebanggaan tersendiri bisa bekerjsama dengan peneliti-peneliti kelas dunia. Satu kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Maka akhirnya Popi mengambil sebuah keputusan yang membuat Eshika serasa ingin mati saja.

Yup.

Pernikahan.

Popi membutuhkan seseorang yang ia yakin akan menjaga putrinya dengan segenap jiwa raga. Dan tak ada yang lebih besar tanggungjawabnya selain ikatan pernikahan.

*

Dua Hari yang lalu...

Eshika Veraria menatap tak percaya pada cermin di hadapannya.

Berkali-kali ia mengerjapkan mata dan berkedip, tapi apa yang matanya lihat tetap saja tak berubah.

Di sana, terlihat satu wajah yang terlihat sangat berbeda dari biasanya. Hanya satu kata yang mampu untuk mewakilinya. Cantik. Dan wajah cantik di pantulan cermin itu menatap balik padanya dengan tatapan yang sama.

Mulutnya membuka. Melongo tak percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi, apa mau dikata? Memang itulah adanya.

Pantulan cermin itu dengan jelas menampilkan wajah cantiknya yang telah dipoles make up sempurna tanpa cela. Sama sekali tidak menor. Malah sebenarnya justru sama persis dengan khayalannya selama ini yang menginginkan tampilan natural dalam hari sakralnya nanti. Terlihat sederhana, tapi tetap saja mempesona.

Tapi?

"Yang bener aja!"

Eshika nyaris menjerit kencang sebelum akhirnya satu cubitan kecil mampir di lengan atasnya. Menggantikan jeritan itu menjadi ringisan dalam waktu singkat.

"Aduhdududuh," ringis Eshika seraya mengusap lengannya yang baru saja dicubit. Lengannya mendadak terasa panas.

"Jangan macam-macam! Dandanan kamu nanti rusak!"

Eshika memutar duduknya, mengambil posisi berhadapan dengan pencubit lengannya yang tak lain dan tak bukan adalah maminya sendiri.

"Mami! Ini beneran?"

Popi menatap Eshika yang memasang wajah tak percaya, seolah sedang bingung dengan pertanyaan Eshika.

"Ya beneran dong! Kamu nggak ngeliat apa kalau kamu sudah dandan kayak gini? Ya kali ini nggak beneran. Tamu juga udah pada datang." Popi geleng-geleng kepala. "Masa main-main sampe kayak gini."

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang