23. Jadi Janda

1.3K 87 2
                                    

Eshika berulang kali mengucapkan rasa terima kasihnya pada petugas keamanan gedung apartemen Tama. Berkat petugas keamanan itu Eshika tidak perlu merasakan encok atau patah pinggang akibat banyaknya bawaan belanjaannya.

Ugh!

Mengapa kami seboros ini sih?

Perasaan baru nikah 4 hari, tapi kenapa udah belanja besar-besaran dua kali?

Kepala Eshika terasa pening.

Aduh. Wajar aja sering ngeliat keluhan ibu-ibu di sosmed yang pusing karena pengeluaran harian rumah tangga mereka.

Ternyata emang gitu ya?

"Terima kasih banyak, Pak."

Petugas keamanan yang bernama Slamet itu mengangguk, tepat ketika ia meletakkan barang belanjaan Eshika di depan pintu unit Tama.

"Sama-sama, Mbak. Lain kali kalau belanja ajak aja Mas Tama. Dia kan orangnya baik."

Bola mata Eshika terasa ingin copot dari rongganya dan menggelinding di lantai mendengar perkataan Slamet.

Baik dari Hongkong ke Jakarta pake acara berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian?

Yang benar saja. Tama kok dibilang baik sih? Pak Slamet ini bercandanya nggak lucu sama sekali. Sekalian aja bilangin tukang begal itu pada baik.

Iiiih.

Tapi, dibandingkan harus berdebat, Eshika justru hanya mengangguk sekali. Mengiyakan perkataan Slamet sebelum akhirnya satpam paruh baya itu berpamitan pada dirinya. Hingga kemudian setelah Slamet pergi, Eshika dengan segera masuk beserta barang-barang belanjaannya yang dengan susah payah ia bawa sekaligus.

Napas gadis itu terengah-engah seraya menutup pintu di belakang tubuhnya. Dengan tubuh sempoyongan, ia beranjak ke sofa ruang tamu. Menjatuhkan diri duduk di sana.

Sejenak ia hanya bisa duduk seraya selonjoran kaki. Tampak seperti ia yang hanya berfokus untuk menenangkan napasnya yang kacau. Mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang masih ia miliki. Saking letihnya ia belanja, Eshika pikir ia akan pingsan sebentar lagi.

Gila!

Belanja aja bisa ngebuat aku hampir mampus gini.

Eh, tunggu dulu.

Memalingkan sedikit kepalanya, ia menatap ke arah pintu kamar Tama. Dahinya mengernyit.

Ini Tama memang bukan lagi ngerjain aku kan? Apa dia balas dendam karena aku nyuruh dia belanja banyak waktu itu?

Ehm ....

Memikirkan kemungkinan itu, sontak saja dadá Eshika mendidih. Matanya melotot dengan pra duga bersalah yang timbul di benaknya.

Wah! Wah! Wah!

Nggak bisa dibiarkan!

Awas aja kalau sampe cowok itu beneran lagi ngerjain aku.

Bener-bener nggak bakalan aku kasih ampun itu anak!

Dengan segera gadis itu kemudian bangkit dari duduknya. Tanpa berpikir dua kali, Eshika membuka pintu kamar Tama. Bermaksud untuk meminta penjelasan cowok itu, tapi ia justru mendapati Tama yang tengah tertidur pulas.

Semula Eshika bermaksud untuk langsung keluar saja dari kamar Tama. Bagaimana pun juga, Eshika masih bisa berpikir secara rasional. Tidak sopan sama sekali seorang gadis masuk ke kamar bujang seperti yang tengah ia lakukan saat ini. Tapi, sejurus kemudian telinga Eshika mendengar sesuatu yang membuat niatnya urung.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang