47. Kemarahan

981 75 0
                                    

Mata Tama masih sesekali menatap tajam pada Alex melalui sudut mata, sekalipun mereka telah keluar dari gerai restoran siap saji tersebut. Di sebelahnya, Reki yang menyadari bahwa Tama masih gusar lantaran setelah selesai makan Alex yang selalu mengekori Eshika, dengan segera meraih pundak Tama. Tertawa-tawa senang melihat temannya yang terbakar api cemburu.

"Cemburu nggak usah segitunya kali, Tam," bisik Reki.

Tama berdecak kesal. Seandainya aja kamu tau, Ki. Ini aku bukan lagi cemburu. Gimana ceritanya ada suami sah yang bisa anteng kalau ngeliat istri dia lagi dipepet cowok lain di depan mata?

"Kapan rencananya, Tam?" tanya Reki kemudian.

"Kapan apa?" balas bertanya Tama seraya terus mengikuti langkah kaki Eshika, Velly, dan juga Alex dari belakang.

Reki nyengir. "Kamu mau nembak Eshika."

"Ih ini anak!" rutuk Tama.

"Tapi, ngomong-ngomong, kamu beneran suka sama Eshika ya?" tanya Reki. "Maksud aku ... ya ampun! Kalian selama ini kayak anjing dan kucing."

Tama mendengus.

Kamu nggak tau aja, Ki. Anjing dan kucing ini pernah bobok bareng. Peluk-pelukan lagi.

"Kalau kalian jadian ... wah!" Reki membuang napas takjub. "Itu bakal mengejutkan."

Seringai muncul di wajah Tama. Seandainya kamu tau kalau aku sama Eshika udah lebih dari kata jadian, beuh ... mungkin bakal jantungan di tempat kamu mah.

"Tapi, serius deh."

Tama menarik napas. Mendelik melihat kecerewetan Reki yang tidak mengenal tempat itu.

"Kenapa mendadak kamu jadi suka Eshika?"

Tama bersidekap. Menggumam pelan. "Ehm ... sebenarnya nggak aneh juga sih kalau aku suka Eshika."

"Eh? Kalian kan suka berantem, ya jadi aneh dong kalau kamu suka dia."

"Ck." Tama melirik Reki. "Kamu nggak tau aja, Ki. Sebenarnya Eshika itu anaknya manis. Dia juga perhatian dan kalau manjanya lagi datang, ckckckck. Dia jadi bener-bener menggemaskan."

Reki melongo. "Eshika? Manja? Menggemaskan?"

"Ehem ...." Tama mengangguk. "Tapi, ya itu. Dia itu perhatian banget. "

Reki hanya geleng-geleng kepala melihat bagaimana air wajah Tama yang terlihat tampak begitu terpesona saat berbicara mengenai Eshika. Reki tak percaya bahwa Tama bisa seperti itu. Untuk kategori cowok yang selalu dipuja cewek-cewek, melihat Tama mendadak terpesona dengan cewek, itu adalah hal yang mengejutkan untuk Reki.

"... mau?"

Reki dan Tama sama-sama mengerjap. Menyadari bahwa Velly datang menghampiri mereka dengan raut kesal.

"Mau apa?" tanya Reki.

Velly mencibir. "Nonton. Mau nggak?" tanyanya lagi.

"Nonton?" tanya Tama.

"Iya. Alex ngajak kami nonton, tapi kalau kalian nggak mau ya ka----"

"Mau dong!" potong Tama. Ia melirik Reki yang tak berdaya. "Kami juga mau nonton."

Velly menatap Tama curiga. "Kamu nggak bawa dompet, Tam."

Tatapan mata Tama melewati pundak Velly. Berkata pada Eshika. "Bayarin ya, Esh?" tanyanya dengan sorot geli di matanya.

Di belakang badan Velly, Eshika mengangguk. "Aman! Kamu mau popcorn juga?"

Melepaskan diri dari Reki, Tama melenggang melewati Velly. Menghampiri Eshika dan langsung saja meraih tangan gadis itu. Mengajaknya masuk ke cinema. Reki yang melihat itu hanya bisa ber-wah wah tanpa suara. Terutama ketika dilihatnya bagaimana wajah Alex yang tampak menahan emosi karena perbuatan Tama yang satu itu.

Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang